Bagaimana Intonasi Menyampaikan Emosi Dalam Voice Over
-
Home
- ›
-
Voice Over Blog
Table Of Content
Industri voice over Indonesia memasuki tantangan baru. Kemunculan artificial intelligence menjadi pesaing berat bagi talent sulih suara. Meski demikian, human voice tetap menjadi pilihan terbaik karena dapat memainkan intonasi serta emosi.
Voice over bukan hanya membacakan naskah lalu direkam, melainkan menyampaikan pesan dengan cara yang unik, salah satunya yakni melalui permainan intonasi. Pasalnya, elemen ini bahkan bisa menyampaikan emosi yang tepat kepada audiens.
Nah, jadi bagaimana bisa intonasi mampu menyampaikan emosi dalam voice over? Ketahui jawabannya pada ulasan di bawah ini!
Dasar-dasar intonasi: Nada, tone dan ritme
Intonasi adalah salah satu elemen komunikasi yang memberikan makna lebih besar dari naskah yang tertulis. Ini dapat menghantarkan pesan secara langsung, sehingga membuat ucapan atau ungkapan memiliki isi.
Dalam voice over, intonasi memainkan peran untuk mengatur emosi ketika berbicara. Hal tersebut melibatkan naik turunnya nada, ritma dan tone yang digunakan, sehingga menghasilkan ucapan yang memiliki ekspresi.
Dengan adanya ekspresi tersebut, audiens dapat mengetahui tentang apa yang dibicarakan, sehingga mereka mampu mencerna serta memberikan keterlibatannya.
Untuk lebih memahami mengenai intonasi, mari bedah bersama tentang komponen yang menyusunnya, adalah sebagai berikut:
Nada
Nada adalah tinggi rendahnya suara yang membantu membedakan kata-kata ketika berkomunikasi. Biasanya antara pria dan wanita memiliki rentang nada yang berbeda, namun juga tergantung dari bagaimana mereka mengekspresikan sesuatu.
Misalnya ketika marah, cenderung menaikkan nada. Kemudian saat kecewa dominan menurunkan nada. Intinya, elemen ini bisa berubah tergantung dari bagaimana si pembicara menyampaikan emosinya.
Pitch
Hampir sama dengan nada, pitch juga mengacu pada tinggi atau rendahnya suara pada titik manapun dalam sebuah komunikasi. Perubahan pitch juga menunjukkan pergantian emosi, sehingga membangun terbentuknya intonasi.
Ritme
Secara pengertian ritma adalah pola atau pengulangan yang teratur. Dalam sulih suara, ini berkaitan dengan keteraturan nada ketika berbicara. Namun itu semua juga disesuaikan dengan ekspresi atau emosi yang akan disampaikan.
Bukan berarti semuanya harus seragam, melainkan memiliki keteraturan dan sesuai dengan emosi yang disampaikan. Alhasil akan memberikan alunan suara yang nyaman didengarkan, tanpa berlebihan maupun kurang.
Jika diaplikasikan secara tepat, tiga komponen di atas akan membentuk intonasi yang nyaman didengarkan. Biasanya itu diaplikasikan untuk menunjukkan ekspresi atau emosi tertentu, sehingga memberikan cerita sekaligus menyampaikan pesan secara jelas kepada audiens.
Akan tetapi perlu dicatat bahwa kunci dari keberhasilan aplikasi tiga elemen pembentuk intonasi di atas juga dibarengi dengan pemahaman mengenai naskah serta kontrol pernapasan yang baik. Hal tersebut memungkinkan voice actor mampu mencapai nada-nada tinggi maupun rendah, penekanan hingga ritma yang bagus.
Signifikansi emosional pitch
Suara adalah ruang untuk memasukkan perasaan. Disitulah, kamu bisa mencurahkan emosi, makna serta warna ke dalam kata-kata. Jadi ketika mendengarkan sebuah storytelling yang indah, audiens akan terhanyut ke cerita dan karakter-karakter yang dibangun.
Itulah mengapa penting dalam voice over untuk bermain-main dengan pitch. Tujuannya tentu saja membangun emosi.
Encyclopedia Britannica mencatat bahwa pitch adalah tinggi rendahnya suara. Naik turunnya elemen tersebut tergantung dari jumlah getaran per detik yang dihasilkan oleh pita suara. Sementara itu, masing-masing orang memiliki tingkat suara yang berbeda.
Meskipun beberapa cenderung memiliki suara yang tinggi atau bahkan rendah, namun itu bisa diubah tergantung pada siapa kamu bicara dan mengapa. Artinya, ini bisa diatur sesuai dengan konteks yang dibicarakan.
Ada banyak emosi yang menyebabkan perubahan pitch. Contohnya ketika berbicara romantis, maka akan terdengar dramatis, menunjukkan minat, rasa peduli dan kerentanan.
Sementara jika tiba-tiba saja meraih pitch tinggi menandakan kegugupan atau kecemasan. Sebaliknya apabila tiba-tiba menurunkan pitch menunjukkan adanya kerentanan, sedih hingga keinginan untuk bersembunyi.
Nada dan emosi
Melalui suara kamu bisa mengetahui banyak hal. Terlebih jika disertai oleh nada, maka akan semakin memperkuat emosi dan pesan yang ingin disampaikan. Keserbagunaan ini sangat penting diaplikasikan pada industri voice over yang meliputi podcasting, akting dan narasi.
Melalui nada, emosi mudah sampai di telinga pendengar. Jika elemen ini dipraktikkan dengan sesuai, maka akan meninggalkan kesan mendalam kepada audiens.
Nada suara adalah cara berbicara untuk menyampaikan perasaan atau emosi. Bukan hanya sekadar kata-kata, melainkan menggunakan teknik yang dipadukan oleh feeling.
Misalnya ketika memberi ucapan selamat kepada rekan kerja dengan mengatakan, “Selamat, kerja bagus kawan!” diikuti oleh nada ceria. Hal ini akan membuat lawan bicara merasa nyaman dan bahagia pula.
Akan tetapi jika mengatakan, “Selamat, kerja bagus kawan!” dengan nada sarkastik, maka lawan bicara akan memberikan reaksi yang berbeda.
Pada dasarnya nada suara bisa menjadi positif maupun negatif, tergantung dari bagaimana emosi yang diungkapkan, entah berupa kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, frustasi serta masih banyak lagi lainnya.
Penting disadari bahwa nada suara dapat memengaruhi cara audiens menafsirkan pesan. Tidak hanya menyampaikan perasaan atau emosi, tetapi juga sikap dan niat. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian bagi voice actor dalam menggunakan nada yang tepat.
Peran ritme dalam ekspresi emosional
Ritme adalah tentang kecepatan dalam berbicara. Dilansir dari Science of People, rata-rata percakapan orang mengandung 120-150 kata per menit. Namun menurut studi tahun 1970-an yang diterbitkan oleh Journal of Personality and Social Psychology, bisa saja manusia berbicara dengan ritme lambat, sehingga jumlah kurang dari itu.
Ritme bisa saja teratur ataupun tidak tergantung dari emosi yang disampaikan. Misalnya ritme sedang menunjukkan perasaan stabil, memberikan informasi penting tidak terdistraksi.
Sebaliknya bila ritme terlalu cepat umumnya menandakan rasa antusias, marah, terburu-buru hingga ada sesuatu yang pentingnya. Dalam voice over, biasanya ritme bisa saja turun naik tergantung dari bagaimana emosi yang harus disampaikan.
Sebagai catatan, jika ritme terlalu lambat, pendengar mungkin bisa saja menjadi bosan. Sedangkan apabila begitu cepat akan membuat mereka sulit mencerna apa yang dibicarakan.
Jadi sebaiknya sebelum take record, berlatihlah membaca dengan suara keras dan fokus pada setiap kata. Teknik ini akan membiasakan kamu untuk mengenal jeda dan berbicara senatural mungkin. Ketika ritme sudah terbentuk, pertahankan laju, lalu secara perlahan pacu hingga ke level optimal.
Dampak pengaturan waktu dan jeda
Bagaimana jadinya bila sulih suara terdengar cepat tanpa titik koma maupun jeda? Benar-benar melelahkan, bukan?
Bagi voice actor itu akan membuatnya cepat kelelahan, kehabisan suara hingga terengah-engah. Sementara untuk pendengar, hal tersebut benar-benar menyiksa telinga serta pesan sulit ditangkap.
Yang tidak kalah penting dalam menyampaikan emosi adalah jeda, karena berkat the power of pause, audiens bisa berpikir sejenak, menyerap pesan dan memberikan keterlibatan. Sedangkan si voice actor akan menyiapkan energi untuk melanjutkan ke kalimat berikutnya.
Setiap genre sulih suara, baik itu komersial, non-komersial, animasi atau audiobook memiliki perbedaan dalam hal jeda.
Commercial voice over
Pada commercial voice over seringkali menghilangkan suara napas dari voice actor. Genre ini lebih banyak menonjolkan tentang produk. Akan tetapi masih ada jeda untuk menarik perhatian audiens.
Audiens akan digiring masuk ke kata kunci atau frasa tentang ‘apa itu produk A?’ Baru setelahnya disisipkan jeda agar mereka menyorotinya dan mengenal apa yang tengah dibicarakan.
Non-commercial voice over
Sulih suara untuk non komersial biasanya membahas tentang informasi staf, klien, pemegang saham, pemangku kepentingan dan masih banyak lagi lainnya. Audiensnya pun cukup beragam, sehingga perusahaan membuat banyak materi untuk kebutuhan konten.
Non-commercial berisikan informasi-informasi penting dan itulah mengapa lebih banyak jeda agar apa yang disampaikan dapat didengar dan dipahami oleh audiens.
Dalam proses perekaman umumnya menggunakan hitungan ketukan. Jeda satu ketukan digunakan setelah informasi tentang topik atau subyek mengarah ke informasi berikutnya.
Jeda dua ketukan ketika beralih ke paragraf baru atau dilanjutkan dengan informasi yang berbeda. Nah, sebagai tips, agar mengetahui cara menyampaikan informasi ini, kamu harus mampu menempatkan diri di posisi pendengar.
Animasi dan suara karakter
Dalam animasi, jeda adalah teknik yang akan membuat karakter dapat dipercaya serta menghibur. Inilah yang disebut dengan voice acting karena kamu benar-benar akan menjadi orang lain.
Pada voice over animasi, gunakan jeda untuk menciptakan ilusi bahwa si pengisi suara memiliki pemikiran baru. Menjeda juga memberikan waktu guna mempersiapkan adegan selanjutnya.
Fun fact-nya, jika kamu mendengar voice actor animasi, maka akan terdengar jeda yang bisa menahan pendengar dalam ketegangan atau menciptakan momen kejutan, komedi atau bahkan ironi.
Audiobook
Voice actor untuk audiobook harus benar-benar mempersiapkan secara matang, dari membaca buku, mendalami cerita, karakter, struktur, gaya dan alur. Kemudian pahami dimana dan mengapa harus menambahkan jeda.
Pada audiobook, tugas voice actor adalah mengarahkan pendengar secara perlahan ke inti cerita. Ini akan turut membantu mempertanyakan bagaimana perasaan dan tanggapan mereka kepada karakter serta sisi emosional yang dapat memengaruhi.
Mengetahui sebanyak mungkin tentang cerita dan karakter akan membantu mengetahui kapan harus berhenti dan untuk alasan apa.
Teknik untuk menyampaikan emosi tertentu
Emosi merupakan komponen penting dalam sulih suara. Bagaimana tidak, ini akan menambah isi dari konten, sehingga tidak akan terdengar monoton. Terlebih juga akan membawa audiens kepada pembicaraan, sehingga pesan tersampaikan dengan baik.
Namun sebelum mengaplikasikan emosi pada voice over, ada baiknya untuk mengaplikasikan teknik menyampaikan emosi berikut ini:
Mungkin ini seringkali diabaikan, namun faktanya posisi mic juga memengaruhi pembangunan emosi. Okay, mungkin di studio radio jarak mikrofon begitu dekat, namun untuk voice over jelas ini tidak disarankan. Sebab adakalanya berbicara harus menjauhi mic.
Posisi mic jarak dekat biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan secara intim. Misalnya menunjukkan perasaan sedih, panik, urgensi, rasa cinta yang mendalam dan pikiran batin.
Ketika berada di emosi yang benar-benar memuncak, seperti kesal dan rasa sakit, maka napas akan pendek, tertahan. Oleh sebab itu, teknik pernapasan adalah hal yang paling penting dalam membangun perasaan ketika sedang berakting suara.
Di sisi lain, pernapasan juga memengaruhi kecepatan berbicara. Fakta menariknya juga, ketika memerankan karakter anak-anak, kamu seringkali diharuskan sering bernapas dan terdengar di mikrofon.
Sebagai latihan pembangunan emosi dan percaya diri, mulailah dengan melatih pernapasan. Memiliki cadangan udara akan membantumu dalam mengungkapkan emosi apapun.
Meskipun voice actor tidak menampakkan wajah mereka di depan layar, namun berbicara dengan ekspresi wajah mengikuti naskah yang dibacakan akan membantu membangun emosi.
Seluruh tubuh berubah saat mengekspresikan emosi. Jika itu dilakukan, maka akan turut memengaruhi emosi pada suara pula. Misalnya ketika mengungkapkan rasa bahagia, cobalah untuk turut tersenyum berseri-seri.
Pentingnya orisinalitas dalam membangun emosional
Orisinalitas bukan hanya soal ide tentang naskah. Pengisi suara juga perlu membentuk dan mempertahankan keaslian mereka, sehingga pendengar bisa menandai dan menyukai setiap penampilannya. Di sisi lain ini akan menjadi ciri khas untuk menampilkan sesuatu yang berbeda dari lainnya.
Audiens harus disuguhkan dengan sesuatu yang baru dan unik. Oleh sebab itu mereka membutuhkan suatu yang berbeda dan bisa membuat impresi bagus.
Orisinalitas suara bisa dibentuk dengan pengaplikasian intonasi. Misalnya karakter Spongebob dalam serial kartun Spongebob Squarepants yang digambarkan sebagai sosok ceria dan memiliki ide menarik. Maka voice actor membentuk suara mereka dengan khas, mencirikan karakter tersebut dan penuh dengan intonasi yang selalu mengingatkan audiens tentang si busa kuning itu.
Di samping itu, tahukah kamu bahwa orisinalitas juga bisa membentuk emosi dari sebuah pertunjukan. Mengapa demikian?
Ketika pengisi suara berhasil membangun orisinalitas, maka ia akan dengan mudah memainkan emosi serta perasaan dari si karakter yang dibawakan. Baik melalui intonasi, gaya bicara maupun diksi dari naskah. Hal itu bukan lagi menjadi sesuatu yang sulit dibangun, justru semakin mudah karakter tersebut masuk ke dalam dirinya.
Untuk menjaga perhatian audiens, pastikan untuk mempertahankan orisinalitas ini dan kamu bertanggung jawab sepenuhnya dalam mengantarkan pesan serta membangun image karakter tersebut terhadap audiens.
Mencocokkan intonasi dengan karakter
Intonasi memainkan peran kunci dalam pertunjukan suara. Misalnya untuk menggambarkan sikap dan karakter, menerangkan ambiguitas dalam percakapan atau narasi dan memfasilitasi komunikasi antara naskah dengan audiens.
Jadi bukan sekadar mengatakan sesuatu, melainkan juga memperkuat makna yang ingin disampaikan. Dilansir dari jurnal Prefabricated Orality at Tone: Bringing Dubbing Intonation into Spotlight, melalui intonasi tertentu, cara kata dan suara dibentuk dalam tubuh, sehingga terdengar seperti nyata dilakukan.
Hal ini diaplikasikan untuk menyesuaikan antara intonasi dengan karakter serta cerita. Contohnya ketika karakter A digambarkan sebagai sosok yang pemarah, maka ketika mengatakan “Apa yang kamu inginkan?” dibuat dengan rising intonation.
Berbeda lagi ketika si karakter digambarkan seorang yang ramah, maka pertanyaan “Apa yang kamu inginkan?” dituturkan dengan intonasi lebih jatuh dan lembut.
Tidak seperti aktor di depan kamera dan di atas panggung, jauh sebelum proses rekaman, voice actor sudah menerima naskah dan mempelajarinya. Hal tersebut dimaksudkan untuk membangun kedekatan, mempelajari karakter serta cerita. Semua yang ada pada industri ini membutuhkan kemampuan yang hebat dari para talent.
Dalam voice over, yang mana suara merupakan satu-satunya instrumen yang digunakan untuk menyampaikan nuansa vokal, sehingga membutuhkan intonasi untuk produksi maupun interpretasi makna.
Intonasi dalam berbagai genre
Begini, intonasi dalam setiap genre voice over tidak dapat disamakan dan hanya dilihat dari karakternya saja. Elemen ini juga disesuaikan pula dengan genre yang tengah dimainkan.
Misalnya seperti ketika berada dalam cerita drama, intonasi dari narator mungkin terdengar lebih mendramatisir. Terlebih dialog yang dibangun dari masing-masing karakter juga demikian. Seringkali bertujuan untuk menciptakan naik turunnya emosi, sehingga audiens bisa terbawa dengan kisah.
Begitu pula saat genre horor yang dibuat dengan intonasi pelan, terkadang terdengar berbisik, bergeming dan memainkan nada-nada dasar, namun sesekali mengagetkan. Semuanya dibuat untuk membangun nuansa menyeramkan, penasaran dan memberikan gambaran nyata dari seluruh cerita serta karakter.
Lantas bagaimana dengan komedi? Ciri khas genre ini biasanya dibuat dengan percakapan yang tidak diduga, unik dan memberikan situasi yang terkadang di luar nalar. Sementara intonasi dari narasi maupun dialog cenderung sarkastik (bila menyajikan komedi keras), berupa sindiran dan seringkali diselingi oleh gelak tawa.
Ciri khas intonasi pada masing-masing genre memberikan dampak emosional, baik terhadap cerita, karakter serta keseluruhan alur. Dengan demikian ini akan menjadi suatu isi dari produk sulih suara, sehingga pesan yang terkandung dalam naskah dapat tersampaikan kepada audiens.
Masa depan intonasi dalam voice over
Saat ini kemajuan teknologi turut memberikan sumbangsih terhadap industri voice over. Salah satu yang sudah diluncurkan dan banyak digunakan oleh perusahaan ternama adalah artificial intelligence. Biasanya diperdengarkan sebagai asisten digital, customer service hingga narator otomatis.
Disamping itu kini juga telah merambah media sosial, seperti adanya text to speech yang bisa mengonversi teks menjadi suara, sehingga membantu pengguna menambahkan narasi pada video.
Akan tetapi, semaju apapun teknologi, suara manusia tetap paling memberikan gaya natural, dapat memperagakan berbagai karakter serta memainkan intonasi. Human voice tetap menjadi kebutuhan utama dalam industri voice over Indonesia.
Intonasi merupakan naik turunnya nada yang wajib diaplikasikan dalam setiap genre voice over. Berbagai genre membutuhkan elemen ini sebagai media untuk membangun karakter, cerita dan menyampaikan makna secara jelas kepada audiens. Jadi, bagi voice talent, saatnya untuk memperdalam ilmu intonasi, yuk!