Keynote Tips Voice Over Talent Untuk Memahami Apa Itu Theater of Mind:
Tips Untuk Mengembangkan Theater of Mind
1. Berlatih Membaca Narasi dengan Memberi Peran
2. Dengarkan Banyak Produk Voice Over atau Drama Radio
3. Membaca Banyak Buku
4. Aktif Bertanya Ketika Mendapatkan Job
Percayalah bahwa perkembangan Indonesia voice over industry belum mencapai puncaknya. Selain teknologi yang terus berkembang, voice over di Indonesia baru mulai menggeliat secara digital pada kurun waktu 5 tahun terakhir. Bahkan sebelum tahun 2015, konsep mengenai voice over talent, dubber, narator masih caur.
Perkembangan yang sangat pesat selama 5 tahun terakhir ini tentunya didukung selaras dengan perkembangan dunia digital lain dan akan terus berkembang di tahun-tahun kedepan, sehingga bisa dikatakan bahwa saat ini kita belum mencapai titik tertinggi perkembangan voice over. Belum lagi banyak perubahan karena dampak pandemic covid-19 bagi industri voice over yang merubah jalannya industri ini di berbagai aspek. Siap tidak siap kita harus menerima perubahan ini.
Sungguh mengagumkan bukan? Perkembangan-perkembangan tersebut membuat banyak orang memiliki keinginan untuk menjadi voice actor. Bagaimana tidak, profesi ini bisa dikatakan merupakan pekerjaan idaman bagi sebagian orang. Mengapa ini merupakan idaman? Yuk kita cek :
1. Bekerja dari rumah
2. minim modal (suara yang bagus, dan tentunya alat perekaman yang bagus)
3. memiliki banyak waktu luang
4. fee yang baik
4 Hal inilah yang membuat banyak orang tertarik untuk menjadi voice over talent. Seakan berkarya melalui profesi ini merupakan jawaban atas permasalahan hidup mengenai sulitnya mengatur waktu bila harus bekerja di sebuah perusahaan.
Ironisnya, mengkonsumsi konten dari media turut membentuk mindset kita tentang profesi ini. Berbagai media turut menggambarkan bahwa, profesi ini adalah pekerjaan yang mudah dan memiliki gaji yang besar. Isi konten media juga seakan mempermudah proses menjadi voice over talent, seperti siapapun bisa memiliki profesi ini, merekam suara dengan gampang menggunakan handphone, dsb.
Tentunya hal ini tidak salah, namun juga tidak dengan mudah untuk dibenarkan karena untuk menjadi talent profesional, anda harus memulainya dari 0 dan setidaknya memiliki studio di rumah yang proper.
Isi konten media seperti yang disebutkan di atas tentunya menambah stigma bahwa bekerja sebagai voice over talent merupakan pekerjaan yang gampang. Mungkin betul ini adalah pekerjaan yang gampang, tapi tentunya tidak serta merta “menggampangkan” profesi yang telah kita pilih.
Dengan menggampangkan pekerjaan ini tentunya akan menimbulkan banyak distraksi, khususnya bagi industri voice over, dan peningkatan skill diri sendiri. Contoh distraksi bagi industri voice over yang paling terlihat adalah, kualitas hasil perekaman voice over yang tidak merata, dengan lebih banyak hasil audio yang kurang berkualitas.
Banyak sekali orang yang mengirimkan sample voice over kepada tim Inavoice.com, dan banyak yang harus langsung disingkirkan pada seleksi tahap pertama, yaitu seleksi noise (electrical noise, noise ambience, dan noise ruangan). Dengan menggampangkan sebuah profesi tentunya juga menjadi penghambat untuk meningkatkan skill yang tepat untuk berkarir melalui industri ini.
Karena dirasa mudah, maka teman-teman jadi jarang berlatih dan tidak pernah mengasah skill untuk mempertajam instingnya. Terkesan sungguh ribet ya? Sebenarnya tidak. Bekerja sebagai talenta pengisi suara sama seperti bekerja sebagai profesi lain. Anda harus terus mengasah skill agar anda bisa stands out diantara banyaknya pilihan talent yang lain.
Sebuah kritik yang harus diberitahukan kepada pelaku voice over untuk terus mengembangkan dunia voice over adalah hilangnya theater of mind dalam pembacaan narasi voice over.
Istilah theater of mind muncul dalam industri radio sejak drama radio sangat populer di Amerika era 70an. Theater of mind merujuk pada bagaimana kekuatan audio mampu membentuk pikiran seseorang melalui narasi yang dibacakan oleh voice actor, broadcaster, penyiar radio, dsb.
Melalui theater of mind yang baik, tentunya engagement dari konten yang diproduksi juga akan sangat mengikat pendengar. Bayangkan, bagaimana orang di Amerika mempercayai bahwa alien akan menyerang bumi, dan muncul sekte penyembah alien karena series drama radio Alien Worlds?
Merasa janggal bila theater of mind bisa disangkutpautkan dengan pekerjaan sebagai voice talent? Mari kita breakdown satu per satu mengapa theater of mind dapat diaplikasikan pada voice over.
Jangan mempersempit terms voice acting menjadi dubbing. Itu merupakan kesalahkaprahan terbesar anda sebagai pelaku industri ini. Voice acting merupakan sebuah kategori pekerjaan, dan turunan dari voice acting adalah beberapa pekerjaan seperti poem reader, radio drama actor, dubber, voice over talent, dsb.
Sadarilah bahwa ketika anda membacakan sebuah narasi yang telah ditulis untuk sebuah produk ataupun jasa, anda harus berakting melalui suara anda. Anda harus bisa menyajikan script yang telah ditulis tersebut agar bisa mendapatkan engagement yang lebih tinggi sesuai dengan target market yang telah ditetapkan.
Sesuai narasi yang ditulis, tentunya anda akan memerankan karakter tertentu, bisa jadi anda memerankan karakter Ibu, tetangga yang judes, announcer, teman sebaya, anak gaul SCBD dan lainnya. Tujuan anda memerankan karakter-karakter ini adalah untuk membentuk theater of mind pada orang yang nantinya akan mengkonsumsi produk voice over yang dibuat.
Theater of mind mampu membentuk ruang kedekatan pada pendengar. Khususnya dalam sebuah produk voice over, kedekatan ditujukan untuk meningkatkan pesan yang ditulis melalui naskah agar dapat tersampaikan pada target audiens. Tentunya sebagai voice over talent, teman-teman harus memahami bahwa naskah yang ditulis memiliki tujuan tertentu, apakah itu branding, target sales, brand or company statement, dsb. Dengan tujuan inilah produser menentukan siapa talenta pengisi suara yang akan membacakan naskah.
Bekerja sebagai voice talent, tentunya anda wajib untuk menguasai berbagai intonasi. Intonasi low, Intonasi middle, dan Intonasi up merupakan intonasi yang wajib anda kuasai untuk membacakan berbagai narasi.
Seperti kebanyakan challenge yang viral akhir-akhir ini di sosial media, belajar dan bermain intonasi meruapakan hal yang menyenangkan bukan?
Namun, apakah anda menyadari bahwa anda dituntut lebih dari sekedar mampu untuk membacakan naskah dengan berbagai intonasi?
Intonasi tentunya akan menunjang theater of mind bagi para pendengar, namun anda harus memberikan nyawa dan peran dalam setiap script yang anda bacakan. Ingat, bukan sekedar membaca, tapi juga menghidupkan bacaan tersebut. Anda harus memahami bagaimana cara memenggal kalimat dengan tepat, memainkan peran, dan pemilihan kata yang diemphasis. Semua ini bertujuan untuk membentuk theater of mind dari calon pendengar produk voice over yang anda rekam.