Nah, untuk mengetahui benar atau tidaknya mitos ini, Inavoice ajak kamu untuk membuktikannya bersama dengan salah satu talent kami: Ella Arlika!
Laila Karina Rangkuti, atau lebih dikenal dengan nama Ella Arlika, adalah salah satu voice actor di Inavoice. Ella mempunyai latar belakang broadcast yang dibuktikan dengan pengalamannya bekerja di radio sejak 2001, mengajar public speaking, menjadi host podcast dan beberapa kali menjadi MC.
Skill voice over Ella memang sudah terasah sejak dirinya bekerja sebagai penyiar radio. Saat bekerja di radio, Ella harus mengisi iklan dan membacakan adlibs, yang mana semua itu berkaitan dengan voice over.
Kemudian di tahun 2014, Ella mencoba memberanikan diri untuk mengembangkan kemampuannya. Di situlah, dia memilih voice over sebagai bidang yang ingin digeluti dibandingkan dengan bidang-bidang lain yang pernah dicobanya seperti penyiar radio maupun MC (Master of Ceremony).
Berbekal pengalaman dan niat untuk mengembangkan kemampuan di industri voice over itulah, Ella mulai terjun langsung untuk menjadi pengisi suara pada berbagai proyek seperti company profile, audiobook, IVR, kebutuhan dokumentasi, dan iklan TV.
Sejauh ini, Ella telah menjadi pengisi suara untuk berbagai perusahaan ternama seperti Telkomsel dan BRI. Beberapa proyek yang pernah dikerjakannya antara lain:
Kini, di sela-sela kesibukannya sebagai VO talent, Ella juga menyempatkan diri untuk mengajar public speaking dan broadcast. Wah, keren, ya!
Setelah berkenalan dengan talent kami, sekarang saatnya kita menuju ke pembuktian mitos tentang “rekaman voice over one take okay.” Pada game kali ini, Ella diminta untuk membacakan sebuah naskah dengan ketentuan berikut:
Kami juga menghitung total waktu dari kedua permainan tersebut. Tujuannya adalah untuk mengetahui mana yang lebih cepat untuk proses produksinya: “apakah naskah yang dibaca sesempurna mungkin atau naskah yang banyak tambalan di mana-mana?”
Selanjutnya, kami meminta penilaian dari tim Inavoice, yaitu admin dan tim kreatif Inavoice. Tak hanya itu, kami juga meminta sound engineer Inavoice untuk memberikan penilaiannya tentang metode yang lebih cepat dan bermanfaat: rekaman voice over one take okay atau yang banyak tambalan.
Kira-kira seperti apa hasilnya? Dan kalau menurut kamu, mana hasil rekaman voice over yang lebih oke?
Coba kita simak penilaian dari tim Inavoice!
Sebagai admin Inavoice, Huan juga mengatakan bahwa dirinya lebih memilih rekaman dengan metode choice cutting (chop) karena dirinya harus memberikan hasil rekaman yang paling bagus untuk klien dan metode choice cutting memang terbukti mampu memberikan hasil yang lebih unggul dibandingkan metode rekaman one take okay.
Hal itu dikarenakan metode choice cutting (chop) membutuhkan proses pemilihan audio dari beberapa choice. Tentu saja, choice tersebut menjadikan kita lebih leluasa memilih audio yang terdengar paling bagus. Berbeda halnya dengan metode one take okay yang hanya terdapat satu pilihan saja.
Very Hasana Farobye, sound engineer Inavoice, juga turut memberikan pendapatnya mengenai dua metode yang digunakan pada pembuktian mitos atau fakta kali ini: choice cutting dan one take okay. Sebagai seorang sound engineer yang sudah berpengalaman mengurus berbagai jenis rekaman suara, sebenarnya metode rekaman mana yang paling cepat menurut Very?
Ternyata, Very mengatakan bahwa metode yang lebih cepat adalah choice cutting. Alasannya, lebih baik kita melakukan rekaman panjang terlebih dahulu dan membenarkan bagian-bagian yang salah dibandingkan melakukan one take okay yang prosesnya lebih lama. Bagaimana bisa one take okay disebut sebagai metode rekaman yang lebih lama?
Very menjelaskan bahwa one take okay mengharuskan kita untuk memilih yang terbaik di antara yang terbaik. Masalah lainnya, one take okay juga berkaitan dengan mood talent. Karena pembacaan naskah harus diulang terus-menerus demi mendapatkan hasil rekaman yang sempurna, terkadang itu menjadikan mood talent menurun.
Menurut Very, metode one take okay tersebut lebih cocok diterapkan untuk naskah pendek karena durasi pembacaan naskah yang singkat menjadikan proses rekaman lebih cepat. Sementara, naskah panjang sebaiknya tidak menggunakan metode one take okay.
Lalu, apa manfaat dari penggunaan metode one take okay tersebut? Karena metode ini membutuhkan pembacaan naskah sesempurna mungkin, maka proses editing bisa berjalan lebih cepat alias tanpa edit sudah langsung jadi!
Proses editing ini juga yang membedakan metode one take okay dan choice cutting. Jika metode one take okay mempercepat proses editing, berbeda halnya dengan choice cutting yang masih membutuhkan proses editing agak panjang karena masih ada proses pemilihan audio.
Dari pembuktian yang sudah dilakukan, terbukti bahwa “rekaman voice over one take okay itu pasti oke” adalah salah! Jika dilihat dari sisi VO talent, one take okay memang menjadi sebuah pencapaian karena tidak semua talent mampu merekam suara dengan sempurna hanya dalam satu kali take.
Namun, perlu diketahui juga bahwa belum tentu metode one take okay akan menghasilkan rekaman suara yang oke juga. Terbukti dengan penilaian dari tiga orang yang sudah ikut serta dalam pembuktian kali ini bahwa hasil rekaman choice cutting ternyata lebih enak didengar dibandingkan one take okay. Hasil rekaman suara terbaik dari metode choice cutting inilah yang seharusnya dipilih dan diberikan kepada klien.Jadi, untuk mitos kali ini, kita telah berhasil mematahkannya. Jika kamu ingin melihat mitos-mitos lain yang berhasil dipatahkan atau dibuktikan oleh Inavoice, cek di YouTube dan media sosial Inavoice, ya! Always remember, you deserve better.