Summary : Setiap Voice Over Talent pasti menghadapi dilema besar: Haruskah fokus menjadi spesialis di satu genre suara (seperti dokumenter atau iklan skincare), atau menjadi generalis yang serba bisa mengambil semua proyek? Keputusan ini krusial untuk menentukan arah karir Voice Over kamu ke depan. Dalam artikel ini, kami merangkum tips strategis dari expert di industri, yang menekankan bahwa fleksibilitas itu penting, namun penguasaan satu niche adalah kunci utama personal branding agar kamu menjadi top of mind dan dilirik klien secara konsisten.
Beberapa waktu lalu, Mas Jatmiko Kresnatama, co-founder dari Inavoice, berkesempatan ngobrol bareng Mbak Dhita dan Mbak Anita di VOSB Podcast.
Di obrolan itu, mereka membahas satu topik yang sering banget muncul di kalangan voice over talent, terutama yang masih pemula, yaitu:
“Mending bisa semua genre voice over, atau cukup fokus di satu genre aja?”
Topik ini kelihatannya sederhana, tapi kalau dibedah lebih dalam, ternyata cukup menentukan arah karir seorang voice actor, lho. Jadi, yuk, kita kupas strateginya di artikel ini!
Generalis vs Spesialis: Pandangan Expert Industri Voice Over
Menurut Mas Miko, seorang pengisi suara idealnya wajib bisa membaca semua jenis naskah. Kenapa? Karena dunia voice over itu luas banget.
Setiap genre punya gaya penyampaian, emosi, dan ritme yang berbeda. Kalau kamu bisa menaklukkan naskah dari berbagai genre, berarti kamu punya fleksibilitas tinggi sebagai talent dan itu modal penting untuk bertahan di industri ini.
Tapi, bukan berarti kamu harus jago semuanya. Mas Miko menekankan bahwa seorang voice actor juga perlu punya “speciality” atau keahlian khusus.
Kenapa gitu? Karena dari sinilah kamu bisa nemuin karakter dan “warna” suaramu sendiri. Mungkin kamu paling nyaman di genre commercial VO atau justru cocok banget di character voice buat animasi dan game.
Jadi intinya: Pelajari semua genre, tapi kuasai satu sebagai senjata utamamu.
Alasan Pentingnya Spesialisasi dalam Karir Pengisi Suara
Sekarang bayangin: setiap tahun, talent baru terus bermunculan. Banyak yang punya suara bagus, banyak juga yang punya alat rekam keren, tapi… nggak semua tahu cara memposisikan diri. Nah, di sinilah spesialisasi berperan besar.
Kalau kamu punya spesialisasi yang kuat, kamu bisa tampil beda di mata klien. Di tengah ratusan atau bahkan ribuan pengisi suara, klien akan lebih gampang ingat kamu karena kamu punya keunikan tertentu. Misalnya:
“Kalau butuh suara lembut buat iklan skincare, hubungi si A aja.”
“Kalau project-nya documentary, si B itu jagonya.”
“Kalau karakter game dengan tone energik, pasti si C deh!”
Spesialisasi bikin kamu jadi top of mind di kategori tertentu. Selain itu, punya spesialisasi juga membantu kamu menentukan arah karier. Kamu bisa fokus menentukan tujuan seperti:
Apa yang mau kamu capai dari karier voice over?
Klien seperti apa yang butuh spesialisasimu?
Strategi apa yang bisa kamu pakai buat menggaet mereka?
Begitu kamu tahu jawabannya, kamu bisa lebih efisien membangun karier, bahkan meski kamu bukan voice talent dari kota besar. Dunia voice over sekarang udah digital banget, jadi lokasi bukan lagi penghalang utama.
Dan ketika kamu sudah berhasil mendapatkan satu klien, lalu performamu bagus, percayalah, proyek berikutnya bakal datang lagi. Klien akan mikir, “Ah, aku tawarin project ini ke dia aja deh, kemarin hasilnya bagus banget!”
Inilah efek domino dari personal branding dan spesialisasi yang kuat. Klien lebih percaya, lebih loyal, dan kamu pun makin dikenal di niche yang kamu kuasai.
5 Cara Membangun Personal Branding Voice Over agar Dilirik Klien
Nah, pertanyaan berikutnya: gimana caranya supaya kamu bisa dikenal dan diingat klien?
Nggak ada rumus pasti, tapi ada beberapa langkah yang bisa bantu kamu jadi “top of mind” di dunia voice over. Coba deh!
1. Bangun Citra Profesional Lewat Portofolio
Kamu nggak harus punya 100 project buat punya portofolio bagus. Mulai aja dari 3-5 contoh rekaman yang bener-bener menunjukkan kemampuanmu.
Kalau kamu punya spesialisasi, pastikan portofolio voice over yang kamu punya menonjolkan genre tersebut. Misalnya, kamu fokus di commercial VO. Buat beberapa versi iklan, dari yang energik, lembut, sampai gaya storytelling. Kalau kamu punya website pribadi atau akun LinkedIn, upload hasil rekamanmu di sana juga biar mudah diakses klien.
2. Konsisten di Media Sosial
Media sosial itu senjata ampuh buat pengisi suara. Tapi sayangnya, banyak yang cuma pakai buat upload hasil kerja, tanpa membangun interaksi. Padahal,personal branding voice over talent itu bukan cuma soal “memamerkan suara”, tapi juga soal menunjukkan karakter dan profesionalitasmu. Kamu bisa menunjukkannya lewat postingan ringan, behind the scene pas kamu rekaman, atau tips-tips singkat seputar voice over.
Kuncinya: jadilah autentik. Klien suka lihat siapa kamu di balik mic.
2. Kenali dan Rawat Hubungan dengan Klien
Satu hal yang kadang dilupakan talent: menjaga relasi. Kalau kamu udah pernah kerja bareng klien, jangan hilang begitu saja setelah project selesai. Ucapkan terima kasih, follow akun sosial media mereka, atau kirim pesan singkat saat ada update di dunia VO yang relevan.
Gestur kecil kayak gini bisa ninggalin kesan besar. Klien bakal inget kamu sebagai voice actor yang profesional dan “enak” diajak kerja sama.
3. Terus Upgrade Skill
Industri voice over itu dinamis banget. Style VO lima tahun lalu mungkin udah nggak relevan di zaman sekarang. Makanya, penting buat terus belajar. Caranya bisa dengan ikut workshop, pelatihan online, atau bahkan sekadar latihan harian dengan naskah-naskah baru.
Semakin kamu berkembang, semakin besar kemungkinan kamu dilirik klien baru. Dan jangan lupa, alat rekam dan editing juga bagian dari skill penting. Suara bagus percuma kalau hasil rekaman kurang rapi.
4. Punya Gaya Suara yang “Signature”
Coba, deh, perhatikan para pengisi suara profesional, baik di Indonesia maupun luar negeri. Mereka punya gaya khas yang bikin suaranya langsung dikenali. Itulah yang disebut signature voice.
Kamu juga bisa punya itu dengan cara menemukan karakter suaramu sendiri. Misalnya, kamu punya tone yang calm tapi tegas. Maka, manfaatkan itu di genre yang cocok seperti corporate VO. Jadi, begitu klien denger suaramu, mereka akan langsung mikir, “Wah, ini suara yang aku cari!”
Jadi, Harus Jago Semua atau Fokus Satu?
Jawabannya: dua-duanya penting, tapi beda fase.
Fase Eksplorasi: Kuasai banyak genre untuk melatih fleksibilitas.
Fase Branding: Fokus ke satu genre utama agar mudah dikenal pasar.
Kuasai banyak genre buat memperluas wawasan dan melatih fleksibilitasmu. Tapi pada akhirnya, kamu perlu fokus ke satu genre utama supaya bisa dikenal dan diingat.
Kamu bisa mulai dari eksplor dulu. Cobain berbagai genre voice over. Setelah itu, perhatikan genre mana yang paling “klik” sama dirimu. Dari situ, bangun spesialisasi dan branding yang kuat.
Ingat, jadi serba bisa itu bagus, tapi dikenal karena satu hal itu luar biasa.
Nah, kalau kamu sendiri gimana? Masih ambil semua genre atau udah mulai fokus di satu genre aja, nih?
Kalau kamu pengen denger pembahasan lengkapnya, kamu bisa langsung nonton obrolan seru antara Mas Miko, Mbak Dhita, dan Mbak Anita di VOSB Podcast Episode 3 di YouTube, ya! Banyak insight menarik yang bisa kamu pelajari di sana.
Dan apa pun pilihanmu, mau jadi serba bisa atau fokus di satu genre saja, yang penting kamu terus berkembang dan tahu arah kariermu ke mana. Karena di dunia voice over, bukan cuma suara yang penting, tapi juga strategi dan konsistensi.