Masyarakat di Indonesia sedang diliputi banyak ketakutan. Ketakutan akan terkena virus covid-19 yang semakin lama semakin nyata, hingga isu resesi ekonomi yang saat ini santer terdengar. Walaupun nampaknya vaksin sudah mulai disebarluaskan, namun dampak nyata pandemi masih sangat terasa pada industri voice over Indonesia.
Inavoice.com ingin mencoba sedikit membuka tentang hal ini, karena tentunya ketakutan-ketakutan seperti ini juga dialami oleh voice over talent. Ketakutan akan menurunnya job, harus beradaptasi dengan trend perekaman baru, dan all in one self package as voice over talent, yang menuntut talent harus mulai mempelajari banyak hal.
Belum berujungnya pandemi covid-19 ini seakan membawa langkah kita semakin terombang-ambing. Banyak yang sampai saat ini masih berada dalam kekhawatiran, dan banyak juga yang semakin acuh pada pandemi ini. Acuh dalam artian, menjadikan virus ini ‘teman’ atau menganggapnya hal yang biasa.
Tentunya tidak salah, karna jargon new normal sudah mulai dikumandangkan dari bulan Agustus. New normal sendiri berarti tatanan dan kebiasaan baru berbasis kepada perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam new normal masyarakat Indonesia dituntut untuk beradaptasi dengan penyebaran virus ini, dan tetap untuk melakukan banyak hal produktif ditengah masa pandemi ini. Namun apakah bisa?
Mari kita tengok industri voice over di Indonesia. Banyak perusahaan yang memperkerjakan pekerjanya dari rumah, atau bahkan khususnya bagi perusahaan yang sangat terdampak banyak pekerja yang harus dirumahkan. Ini adalah indikasi bahwa pandemi covid-19 memberikan efek buruk bagi perekonomian Indonesia. Efek buruk yang terjadi akibat pandemi covid-19 ini adalah resesi ekonomi.
Resesi ekonomi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Dampak Resesi ekonomi yang paling nyata adalah merosotnya produksi barang dan jasa, PHK terjadi dimana-mana, melemahnya daya beli, dan banyak hal lainnya. Dengan hal-hal yang terjadi seperti disebutkan di atas, masyarakat Indonesia dituntut untuk tetap produktif dalam menyikapi hal ini. Tentu saja masyarakat Indonesia bisa, dan harus bisa!
Mari kita melihat hal ini dari kacamata pelaku industri, baik sebagai talent, client, dan agency voice over. Dalam resesi ekonomi yang terjadi di Indonesia ini, ada dampak positif dan dampak negatif bagi industri voice over. Dampak-dampak tersebut antara lain :
Dampak positif yang dihadapi adalah berkembangnya jumlah talenta pengisi suara dan berkembangnya cara kerjanya. Perkembangan banyaknya jumlah voice talent di indonesia tidak dapat dilepaskan dari pandemi covid-19 karena semakin banyak orang mencari celah untuk mendapatkan side income, dan profesi ini dianggap mampu mengakomodasi hal tersebut.
Pikiran-pikiran bahwa bekerja sebagai voice talent merupakan pekerjaan sampingan masih sangat mendominasi pola pikir masyarakat Indonesia, dan tentunya hal ini juga ditunjang dengan stigma bekerja di Indonesia bahwa ‘bekerja’ harus menggunakan seragam, memiliki jam kantor, mendapatkan fasilitas kantor, dan sebagainya.
Terlepas dari stigma itu semua, bekerja sebagai voice talent dianggap sebuah jawaban untuk mendapatkan side income di masa pandemi ini, dan hal ini menyebabkan pertumbuhan jumlah profesi ini bertambah secara pesat. Meningkatnya peminat dalam industri ini tentunya bak pisau bermata dua. Kini client dengan mudah dapat menemukan talenta pengisi suara, namun jadi semakin sulit untuk menemukan pengisi suara yang paling cocok untuk mengisi produk audio visual yang dibuat karena terlalu banyak talent yang showed up.
Related Article : Kritik Pada Perkembangan Voice Over Indonesia dan Permasalahannya : Theater of Mind?
Selain itu, selama pandemi covid-19 berlangsung, penyedia jasa voice over dituntut untuk mampu memutar otak secara kreatif. Industri ini berkembang dari yang sebelumnya harus bertatap muka melalui session studio dengan client ataupun agency visit, kini menjamur sistem remote recording.
Perkembangan ini dituntut oleh keadaan, yang mana kita harus menjaga jarak, dan remote recording system mengakomodir hal tersebut. Selain remote recording system, tak pelak semua orang yang berada dalam industri ini dituntut untuk mengupgrade tools studio recording mereka untuk dapat mengakomodir kebutuhan client.
Dengan berkembangnya tools voice over talent, seharusnya dapat membantu industri ini melakukan standarisasi kualitas perekaman yang sampai saat ini belum ada.
Dengan banyaknya profesi talent di Indonesia, setiap pelaku industri voice over Indonesia dituntut untuk mampu berpikir kreatif dan kritis agar dapat terus berkembang dalam situasi yang cukup gawat ini. Persaingan yang semakin kompetitif, baik yang terlihat melalui skill dan penggunaan alat yang terus berkembang menjadi lebih baik dan harus ditunjang dengan berbagai hal yang mampu membuat voice over talent stands out dibanding kebanyakan pelaku profesi lainnya.
Lantas apa yang harus dilakukan oleh talent melihat banyaknya jumlah pesaing yang ada, skill pesaing yang mungkin lebih baik, dan peralatan perekemanan yang mungkin lebih mutakhir dari pesaing lainnya? Berikut adalah saran dari Inavoice.com bagi voice over talent untuk terus beadaptasi dalam perkembangan voice over di Indonesia :
Pendekatan yang berbeda? Apa maksudnya? Pendekatan yang berbeda bisa diartikan sebagai ‘Think outside the box’ bagi voice over talent. Berpikirlah tidak hanya menunggu umpan dari voice over agency ataupun client yang datang, mulailah merubah mindset anda untuk menjemput bola dengan banyak cara.
Pelajarilah SEO, SEM, dan SMM. Selain itu, buatlah promo yang menarik, atau setidaknya ikutilah promo-promo yang banyak diselenggarakan oleh voice over agency seperti promo Rapid, dan promo Voice Over Special Deal yang dilakukan oleh Inavoice.
Sebagai bocoran, tidak hanya Inavoice aja loh yang membuat promo, banyak voice over agency dan marketplace yang memberikan promo-promo seperti ini, dan meminta kesediaan voice over talent untuk mengikutinya.