Ternyata, rekaman itu tidak hanya mengandalkan suara. Gestur juga jadi salah satu cara yang dapat menjadikan hasil rekaman lebih oke. Katanya, sih, gestur bikin feel lebih dapet dan hasil rekaman lebih cakep. Emang bener?
Kali ini, Inavoice akan membahas tentang rekaman dengan gestur. Gestur tersebut dianggap bisa membantu para Voice Over talent untuk lebih menghayati dan menjiwai naskah. Yuk, kita buktikan di sini!
Pascalia WD, atau kerap dipanggil Lia, adalah salah satu voice actor Inavoice. Lia telah mempelajari basic voice over saat duduk di bangku SMA. Saat itu, dirinya tergabung dalam klub teater dan dari sanalah dia mengenal tentang audio drama serta voice over.
Pertama kalinya Lia benar-benar masuk ke dunia voice over adalah ketika dia mengisi suara untuk kebutuhan film dokumenter. Proyek pertama itu membawa Lia untuk mendapatkan proyek kedua. Di proyek kedua itulah, Lia berkenalan dan bekerja sama dengan Inavoice.
Selama menggeluti dunia voice over, Lia telah mengerjakan berbagai jenis proyek dan beberapa di antaranya adalah:
Lia mengaku bahwa untuk dua proyek tersebut dirinya harus memainkan suara karakter seperti karakter anak, ibu, dan nenek. Dia juga menjadi narator untuk proyek-proyek tersebut.
Dengan pengalamannya dalam proyek suara karakter, Lia membagikan tips bagi para VO talent di luar sana yang tertarik dengan voice over suara karakter. Karena setiap suara itu unik, maka Lia menyarankanmu untuk mencari tahu ciri khas suaramu. Misal, suaramu lebih terdengar seperti suara karakter anak. Maka, kamu harus mempelajari suara karakter anak tersebut hingga suaramu terdengar berkualitas.
Selanjutnya, Lia akan membantu Inavoice untuk membuktikan mitos tentang rekaman voice over dengan gestur. Kami memilih Lia untuk bekerja sama dalam pembuktian kali ini karena dia adalah seorang pengisi suara dengan karakter suara yang unik dan skill voice acting yang bagus.
Untuk game kali ini, kami meminta Lia membacakan sebuah naskah sebanyak dua kali. Naskah yang dibacakan adalah naskah untuk voice over Lego. Rekaman suara pertama dilakukan dengan menggunakan gestur tangan dan rekaman suara kedua dilakukan tanpa menggunakan gestur tangan.
Setelah melakukan rekaman, kami menentukan hasil yang paling bagus. Untuk menentukan hasil rekaman yang paling bagus tersebut, kami meminta penilaian dari tiga orang. Apa kata mereka?
“Apa ada perbedaan antara VO dengan gestur dan tanpa gestur?”
“Jadi, kamu pilih yang mana?”
Di game kali ini, kami juga meminta pendapat dari Very Hasana Farobye sebagai sound engineer Inavoice. Dia diminta untuk menentukan metode mana yang paling bagus untuk mendapatkan hasil rekaman terbaik.
Sebelumnya, kami meminta Very untuk menjelaskan bagaimana proses rekaman itu terlaksana. Very mengatakan bahwa voice over untuk Lego tersebut merupakan special case karena kami harus me-replace dialog bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
Tentu saja ada banyak tantangan untuk proyek ini. Masalah utamanya terkait dengan perubahan durasi. Dalam versi bahasa Inggris dialognya terdengar singkat. Tetapi, durasinya menjadi panjang ketika di-translate ke bahasa Indonesia.
Namun, Very menambahkan bahwa justru di situlah letak uniknya. Kita harus cerdik dalam mengatasi masalah tersebut. Caranya adalah dengan mengganti bahasa atau mengatur speed agar sesuai dengan scene pada video Lego. Karena hal itu pula, Very mengatakan bahwa proses untuk pembuktian kali ini cukup panjang dan ribet.
Terkait dengan hasilnya, Very mengakui bahwa memang ada perbedaan antara rekaman suara dengan gestur dan tanpa gestur. Sama dengan dua orang yang diminta untuk memberikan penilaian terkait dua hasil rekaman tersebut, Very juga lebih memilih rekaman suara menggunakan gestur.
Menurutnya, gestur tangan membantu voice actor untuk menghayati naskah dan membayangkan seperti sedang berada di dalam video. Bisa dikatakan bahwa gestur membantu seorang pengisi suara untuk dapat mengimajinasikan naskah di dalam otaknya seolah-olah it adalah nyata. Hal inilah yang menjadikan rekaman suara terdengar lebih natural dan enak didengar.
Kami juga menanyakan metode mana yang lebih banyak salahnya kepada Very. Dia menjelaskan bahwa untuk metode rekaman tanpa menggunakan gestur bukan merupakan metode rekaman yang salah. Hanya saja, rekaman suara tanpa gestur masih perlu dimaksimalkan lagi.
Selain itu, rekaman tanpa menggunakan gestur juga kurang terasa feel-nya sehingga sound engineer yang mengerjakan rekaman tersebut merasa masih banyak kurangnya. Jadi, jika kamu mencari kelebihan dari metode rekaman tanpa gestur akan sulit sekali karena ketiadaan gestur pada rekaman tersebut menjadikan hasilnya kurang maksimal.
Menurut Very, metode rekaman yang paling cepat adalah metode rekaman menggunakan gestur. Meskipun gestur tersebut tidak terlihat dalam video, tetapi gestur sangat berpengaruh terhadap suara yang dikeluarkan oleh talent.
Gestur menjadikan VO talent lebih menjiwai naskah, bukan hanya sekadar membaca naskah saja. Dengan menggunakan gestur, talent akan lebih mudah masuk ke dalam script dan merasa menjadi bagian dari script tersebut. Hasilnya, pengisi suara tidak terdengar seperti sedang membaca naskah. Karena itulah, kamu sebagai voice actor sangat diharuskan menggunakan gestur ketika melakukan rekaman voice over.
Bagaimana? Apa kamu juga setuju dengan hasil pembuktian ini? Coba dengarkan hasil rekamannya secara langsung di YouTube Inavoice, ya. Dan kira-kira, apa lagi mitos seputar voice over yang ingin kamu pecahkan?
Always remember, you deserve better!