Rekaman Dibantu AI atau di Studio Profesional?
-
Home
- ›
-
Study Case
Table of Content
Voice over identik dengan rekaman di studio profesional. Dilengkapi peralatan canggih dan ditangani oleh engineer berpengalaman di bidangnya, hasil recording voice over terdengar jernih dan berkualitas. Akan tetapi di era serba mudah seperti saat ini, artificial intelligence hadir untuk membantu proses rekaman.
Voice over dengan bantuan artificial intelligence umumnya digunakan untuk kebutuhan konten media sosial. Selain efektif dari segi biaya, mitosnya teknologi ini juga bisa membuat hasil recording sama baiknya dengan yang direkam di studio profesional. Benarkah begitu?
Penasaran dengan mitos tersebut benar atau tidak, kali ini Inavoice bersama professional voice over talent, Rizki Fitriyadi dan teman-teman Inavoice lainnya akan menguji kecerdasan AI yang digadang-gadang bisa mereduksi noise dalam proses rekaman voice over. Let’s check Debunk The Myth Episode 3 kali ini!
Siapa Rizki Fitriyadi?
Rizki Fitriyadi merupakan professional voice over talent yang sudah banyak mengisi suara untuk produk dan project-project profesional lainnya. Ia memiliki latar belakang sebagai seorang penyiar radio yang dirintisnya sejak masa SMA. Hingga kini ia masih aktif dalam dunia broadcasting dan semakin melebarkan sayap di bidang voice over.
Perkenalannya dengan voice over dimulai dari ketika berkecimpung di radio. Saat itu Rizki diminta mengisi voice over untuk iklan, program, promo program dan lain-lain. Berbekal ilmu dari sana, ia lantas terjun secara totalitas ke dunia voice over sejak masa pandemi, 2020.
Nah, dari pengalaman yang didapatkan bertahun-tahun lamanya itu, Rizki tentu sudah tidak asing dengan proses rekaman dalam studio profesional. Ia juga paham betul dengan alat yang digunakan agar menghasilkan suara jernih serta teknik-teknik lainnya yang dapat meningkatkan kualitas recording. Namun apakah sebelumnya ia sudah pernah rekaman dengan bantuan artificial intelligence?
Tentu Rizki Fitriyadi sudah pernah merasakan recording dengan bantuan AI namun hanya sebatas tipis-tipis saja. Itu pun ia lakukan untuk kebutuhan konten media sosial. Sementara untuk klien profesional yang benar-benar serius, ia belum pernah melakukannya. Jadi ini kesempatan baginya untuk membuktikan apakah mitos yang beredar benar adanya?
Bagaimana menurut Rizki Fitriyadi tentang rekaman dengan bantuan AI?
Meski sudah pernah rekaman menggunakan bantuan AI, RIzki merasa recording di studio profesional jauh lebih baik. Dari penilaiannya, penggunaan artificial intelligence sah-sah saja untuk kebutuhan konten di media sosial. Teknologi ini sangat membantu content creator dalam memperbagus hasil voice over.
Namun Rizki berpendapat bahwa rekaman dengan bantuan artificial intelligence tidak cocok untuk project yang benar-benar serius, apalagi melibatkan klien profesional dan brand besar. Dalam hal ini, ia menyarankan agar sebaiknya melakukan proses rekaman di studio dengan peralatan yang proper.
Proses uji rekaman dengan bantuan AI dan di studio
Well, begitulah cerita pengalaman dan saran dari Rizki Fitriyadi. Dari situ pula Inavoice semakin penasaran dengan recording bantuan artificial intelligence yang katanya bisa melakukan noise reduction dan di studio rekaman profesional. Maka dalam game kali ini, tim sudah menyiapkan Samson C03 microphone . For your information, jenis mikrofon ini sebetulnya memiliki kualitas standard dan tidak sebagus lineup mikrofon lainnya yang dimiliki oleh Inavoice.
Pembuktian dimulai bersama Rizki Fitriyadi yang akan melakukan rekaman di vocal booth dengan mikrofon tersebut. Sementara selanjutnya akan dilakukan proses recording di ruangan tanpa noise treatment dengan bantuan artificial intelligence dan masih menggunakan mikrofon yang sama.
Bagaimana hasil dari rekaman dengan bantuan AI dan di studio rekaman?
Jika pada Debunk The Myth sebelumnya penilaian dilakukan oleh professional sound engineer beserta Co-Founder Inavoice, tapi metode kali ini akan melibatkan karyawan Inavoice yang tidak ada hubungannya dengan voice over. Cara ini dilakukan untuk melihat bagaimana reaksi dan penilaian dari audiens secara objektif mengenai perbandingan antara rekaman dengan bantuan artificial intelligence dengan di studio rekaman.
Tim akan memperdengarkan teman-teman karyawan dua file berisi hasil rekaman. File pertama tanpa artificial intelligence dan file kedua sudah di-alter oleh artificial intelligence. Kemudian masing-masing akan diminta untuk memilih file yang menurut mereka paling bagus.
Mewakili audiens, teman-teman Inavoice mendengarkan voice over dari Rizki Fitriyadi secara saksama dan berhati-hati. Setelahnya mereka mengutarakan pendapat dari dua file yang sudah didengarkan, lantas apa kata mereka?
Huan Hakiki Piculima
Admin Inavoice
“Jadi setelah mendengarkan audio yang sudah direkam di ruangan yang tidak proper, yang kemudian di-edit menggunakan AI dan juga rekaman di studio proper atau di vocal booth hasilnya ada perbedaan yang cukup signifikan.
Untuk audio yang direkam di ruangan yang tidak proper dan di-edit dengan AI, suara terdengar mendem (tertahan), seperti orang yang sedang mengalami sakit pilek jadi terdengar bindeng. Alhasil suara menjadi tidak lepas dan saat didengarkan kurang maksimal.
Sedangkan untuk audio yang direkam di vocal booth atau studio rekaman profesional, suara terdengar lebih luwes, natural, maksimal dan lepas. Meskipun ‘mentahan’ atau tidak diolah lagi, namun kesimpulannya lebih enak didengar.”
Paschasia Tyas Swandariputri
Staff Brand Marketing
“Dari suara yang sudah di-edit dengan AI dan yang di studio langsung memang ada perbedaan. Meskipun sebenarnya baik-baik saja bila menggunakan AI, namun rekaman yang dilakukan dalam studio profesional terdengar lebih enak dan seperti ada yang men-direct. Di samping itu juga lebih oke serta profesional.
Sedangkan suara yang direkam dan di-edit menggunakan AI terdengar seperti mendem (tertahan) dan terkesan maksa. Ketika mendengarkan, pendengar juga harus lebih mengencangkan volume agar audio bisa terdengar jelas. Hasil rekaman suara jadi lebih susah untuk didengarkan dibanding dengan yang dilakukan di studio rekaman profesional.”
Fixantio N. Hadiansyah
Content Writer
“Sepertinya kalau untuk profesional, aku merasa lebih cocok yang rekaman di studio karena suara terdengar clean, tidak bindeng sama sekali. Sedangkan hasil rekaman yang di-edit dengan AI terdengar bindeng dan kurang bagus. Apalagi yang raw justru semakin tidak bagus, noise serta kurang berkualitas.”
Cindika Wanda
Staff Brand Marketing
“Menurut aku pribadi, suara rekaman yang di-edit dengan AI terdengar kurang clear, berbeda dengan hasil rekaman di studio. Sedangkan hasil rekaman di studio terdengar benar-benar clear, intonasi lebih bagus, pelafalannya jelas.
Sebenarnya hasil rekaman dengan AI dan studio rekaman tidak beda jauh, hanya saja harus mengerti tentang penempatan konten. Misalnya rekaman yang di-edit dengan AI akan sangat membantu untuk teman-teman content creator. Tapi untuk project profesional, sebaiknya menggunakan hasil rekaman di studio.”
Setelah menguji dua hasil rekaman dan mendengarkan pendapat dari teman-teman Inavoice, bisa disimpulkan bahwa mereka lebih memilih untuk melakukan rekaman suara di studio profesional. Alasannya karena suara terdengar jernih, natural, tidak bindeng, dan layak untuk klien serius atau project brand.
Sedangkan metode penghapusan noise dengan AI membuat frekuensi-frekuensi tertentu pada suara menjadi terpotong. Setelah dilakukan uji coba tersebut, memang benar bahwa noise bisa dihilangkan, hanya saja frekuensi juga turut hilang. Itulah mengapa hasil rekaman terdengar loud and clear, sehingga cocok digunakan hanya untuk kebutuhan konten media sosial.
Dengan demikian, dalam episode Debunk The Myth kali ini Inavoice telah mematahkan mitos tentang ‘AI bisa digunakan untuk membantu rekaman voice over profesional’. Nyatanya mitos tersebut INVALID. Always remember you deserve better!