Sertifikasi Voice Over: Solusi Perang Harga atau Investasi Karier Jangka Panjang?
-
Home
- ›
-
Voice Over Blog
Summary : "Sertifikasi Voice Over" kini menjadi topik panas seiring dengan ketatnya persaingan di industri voice over (VO) dan maraknya AI voice generator. Kondisi industri voice over saat ini sering terjadi perang harga yang tidak sehat, membuat banyak voice actor senior dan pemula tertekan. Di tengah situasi yang kian mencekik, muncul ide besar: standarisasi, yang dibuktikan dengan sertifikasi kompetensi resmi seperti dari BNSP, sebagai solusi untuk mendapatkan investasi karier jangka panjang dan rate yang lebih layak. Pertanyaannya, apakah selembar sertifikat benar-benar mampu menyelamatkan profesi voice over talent dari ancaman kepunahan?
Sekarang persaingan di industri voice over (VO) makin ketat, makin berat. Belum lagi munculnya AI voice generator yang bisa bikin suara mirip manusia. Beberapa klien akhirnya berpikir, “Ngapain bayar talent mahal-mahal kalau bisa pakai AI?” Biayanya lebih murah, hasilnya pun dianggap “gak jauh beda.”
Dampaknya? Banyak pengisi suara mulai merasa suram. Job makin sedikit, pitching project makin jarang menang, dan rate pun makin ditekan rendah. Padahal, di balik satu file suara berdurasi 1 menit itu, ada latihan, revisi, dan peralatan yang gak murah juga. Tapi karena kebutuhan dapur tetap harus ngebul, banyak VO talent yang akhirnya terpaksa menerima project dengan rate rendah, sekadar biar tetap ada pemasukan.
Bagi para voice actor senior, kondisi ini makin bikin frustasi. Mereka udah punya pengalaman, jam terbang tinggi, dan kualitas suara yang gak kaleng-kaleng, tapi kalah saing hanya karena ada talent lain yang berani kasih harga super murah. Mau idealis mempertahankan rate, gak ada klien yang mau. Tapi kalau menurunkan harga, rasanya gak sebanding dengan kualitas, alat yang mereka punya dan pengalaman mereka.
Akhirnya, terjadilah perang harga yang bikin semua pihak rugi. Talent senior kehilangan respect atas pengalaman mereka. Pengisi suara pemula kehilangan semangat untuk berkembang karena merasa harus banting harga biar laku.
Bayangkan, bahkan sampai ada yang pasang rate Rp39.500 untuk 400 kata, alias sekitar 3 menit durasi VO! Gimana mau hidup dari profesi ini kalau harga terus ditekan kayak gitu?
Nah, di tengah situasi yang makin ngeri ini, muncul satu ide besar: standarisasi dan sertifikasi untuk VO talent. Katanya, biar para voice actor bisa punya “nilai jual” yang lebih kuat di mata klien, sekaligus menghindari persaingan harga yang gak sehat. Tapi, apakah standarisasi dan sertifikasi ini benar-benar perlu?
Apa Itu Standarisasi dan Sertifikasi Voice Over Talent?
Secara sederhana, standarisasi berarti menetapkan patokan kualitas tertentu yang harus dipenuhi oleh para pengisi suara. Misalnya, standar dalam hal intonasi, artikulasi, penguasaan emosi, kualitas audio, dan etika kerja. Jadi, gak asal punya suara bagus saja, tapi juga paham bagaimana menyampaikan pesan sesuai kebutuhan klien.
Sedangkan sertifikasi adalah bukti resmi bahwa seseorang sudah memenuhi standar tersebut. Biasanya diberikan setelah seseorang mengikuti pelatihan, ujian, atau asesmen dari lembaga tertentu. Jadi, kalau kamu punya sertifikat VO, itu artinya kemampuanmu diakui secara profesional oleh lembaga yang kompeten.
Singkatnya:
- Standarisasi = patokan kualitas
- Sertifikasi = bukti kalau kamu memenuhi standar itu
Nah, di industri lain, sistem kayak gini udah lama dipakai. Contohnya, fotografer, penerjemah, bahkan barista pun ada sertifikasinya.
Kenapa Voice Over Talent Butuh Standarisasi dan Sertifikasi?
Pertanyaannya sekarang: apa memang perlu? Jawabannya: bisa iya, bisa tidak. Tapi, mari kita kupas satu-satu!
- Supaya Ada Patokan Rate yang Lebih Jelas: Kalau ada standarisasi, otomatis ada patokan rate yang lebih wajar. Misalnya, talent bersertifikat level A bisa punya rate minimal sekian, sedangkan level B sekian. Dengan begitu, pasar jadi lebih sehat dan gak ada lagi banting harga ngawur. Klien pun jadi lebih gampang menilai harga versus kualitas, bukan cuma melihat siapa yang paling murah.
- Meningkatkan Kredibilitas di Mata Klien: Banyak klien yang sebenarnya ingin hire jasa VO profesional, tapi bingung menilai siapa yang benar-benar capable. Nah, dengan adanya sertifikasi, mereka bisa lihat “oh, talent ini sudah tersertifikasi, berarti sudah lulus standar kualitas.” Jadi, sertifikasi bisa menjadi semacam jembatan kepercayaan antara pengisi suara dan klien.
- Mendorong VO Talent untuk Terus Upgrade Skill: Sertifikasi biasanya gak cuma sekali seumur hidup. Ada masa berlaku atau level yang bisa ditingkatkan. Artinya, kamu akan terpacu untuk terus belajar dan berkembang. Mulai dari teknik vokal, storytelling, sampai editing audio, semuanya jadi aspek penting yang dinilai.
- Membedakan Talent Profesional dan Hobi: Kenyataannya, banyak orang bisa jadi voice talent secara otodidak dan itu gak salah. Tapi, tanpa standar yang jelas, sulit membedakan mana yang benar-benar profesional dan mana yang masih amatir. Karena itu, sertifikasi bisa jadi pembeda yang fair dan objektif.
- Meningkatkan Daya Tawar ke Klien atau Agensi: Bayangkan kamu lagi pitching ke brand besar, lalu kamu bilang kalau kamu adalah voice actor tersertifikasi dari lembaga resmi. Sudah pasti nilai jualmu langsung naik. Klien jadi lebih yakin, bahkan mungkin gak akan terlalu menawar harga karena mereka tahu kamu bukan sembarang pengisi suara.
Jenis Sertifikasi yang Bisa Diambil oleh Voice Over Talent
Oke, kita sudah sepakat kalau sertifikasi itu penting, sekarang pertanyaannya: sertifikasi yang kayak gimana, sih, yang relevan buat para talent?

1. Sertifikasi Kompetensi dari BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi)
Di Indonesia, lembaga resmi yang berwenang mengeluarkan sertifikat kompetensi adalah BNSP. Prosesnya melibatkan ujian praktek, wawancara, dan penilaian portofolio.
Untuk bidang voice over, BNSP bekerja sama dengan Makara UI Academy melalui program pelatihan NDVA (Non-Diploma in Voice Acting). Kalau kamu lulus, kamu akan mendapat sertifikat kompetensi resmi dari negara yang diakui oleh perusahaan dan instansi manapun. Ini cocok banget buat kamu yang ingin serius berkarier di industri voice over jangka panjang.
2. Pelatihan dan Sertifikasi dari Lembaga Pelatihan
Selain BNSP, ada juga lembaga lain yang sering mengadakan pelatihan bersertifikat seperti Voice Institute Indonesia. Sertifikat dari lembaga semacam ini memang bukan sertifikat negara, tapi tetap punya nilai lebih di industri voice over karena dikeluarkan oleh praktisi yang kredibel.
Biasanya, pelatihannya mencakup:
- Teknik vokal dan artikulasi
- Voice acting untuk iklan, dubbing, dan narasi
- Cara membaca naskah dengan benar
- Penggunaan mic dan peralatan rekam
- Etika kerja profesional di industri VO
3. Sertifikasi Tambahan: Audio Engineering & Editing
Banyak VO talent lupa bahwa kemampuan teknis juga penting. Jadi, punya sertifikasi di bidang audio engineering, sound editing, atau mixing bisa jadi nilai plus besar. Karena makin banyak klien yang ingin one-stop service, pengisi suara yang juga bisa melakukan editing audio lebih disukai.
Jadi, Perlu Gak Sih Standarisasi dan Sertifikasi untuk Voice Over Talent?
Kalau kamu tanya, “Perlu gak sih sertifikasi buat VO talent?” jawabannya tergantung dari tujuan dan mindset kamu. Kalau kamu cuma menganggap VO sebagai hobi, sepertinya belum terlalu perlu. Tapi kalau kamu ingin menjadikan ini sebagai profesi jangka panjang, maka sertifikasi bisa jadi investasi karier yang berharga.
Sertifikasi bukan cuma soal kertas atau gelar, tapi juga proses pembelajaran dan validasi diri. Dengan sertifikasi, kamu tahu sejauh mana kemampuanmu dan di mana kamu perlu berkembang. Dan kalau semua voice actor punya standar yang jelas, klien pun akan lebih menghargai profesi ini dan gak seenaknya minta harga murah.
Apa Kata Inavoice tentang Hal Ini?
Sampai saat ini, dalam industri voice over memang voice over talent belum diwajibkan untuk memiliki sertifikasi tertentu. Hal ini membuat terjadinya perang harga yang terjadi dalam industri ini. Bagi yang sudah memiliki sertifikasi, merupakan hal yang baik karena mungkin saja kedepannya industri ini bergerak dan membutuhkan hal tersebut. Dan bila belum juga tidak bermasalah, karena industri ini sebenernya belum butuh-butuh amat.
Menurut Inavoice, teman-teman voice over talent senior sepertinya memang sedang merencanakan sesuatu, entah itu standarisasi ataupun sertifikasi. Asalkan kebijakan itu berpihak pada para talent, mari kita dukung sama-sama. Tapi, kalau nantinya standarisasi dan sertifikasi itu cuma jadi alat buat menguntungkan satu pihak saja, sementara para talent malah dimanfaatkan dan dibatasi, maka Inavoice siap jadi oposisi!
Semua ini karena Inavoice paham bahwa You Deserve Better!