Jangan Cuma Nonton, Voice Over Talent Wajib Belajar dari Jumbo!
-
Home
- ›
-
Voice Over Blog
Siapa, sih, yang nggak kenal film Jumbo? Animasi keren karya Ryan Adriandhy ini langsung jadi pusat perhatian sejak rilis 31 Maret 2025. Dari anak-anak sampai orang dewasa, semua kepincut sama jalan ceritanya yang segar, relate, dan visualnya yang memanjakan mata.
Bahkan, film produksi Visinema ini sukses bikin rekor baru di perfilman Indonesia. Jumbo berhasil mengalahkan film KKN Desa Penari yang dulu sempat jadi film terlaris. Bayangkan saja, sampai artikel ini ditulis, total penonton Jumbo sudah menyentuh angka 10.233.002 orang. Wow!
Tapi bukan cuma rekor jumlah penontonnya saja yang bikin film ini menarik. Kalau kamu perhatikan, ada tokoh bernama Don yang jadi bintang utama. Nah, karakter Don ini ternyata memberikan banyak pelajaran penting, terutama buat kamu yang berprofesi sebagai voice over talent (VOT).
Kalau penasaran apa saja pelajarannya, yuk kita bahas bareng-bareng. Dijamin setelah ini, kamu akan semakin semangat mengembangkan skill VO kamu!
Don: Si Jago Dongeng dari Kampung Seruni
Don di film Jumbo digambarkan sebagai anak yang super kreatif dan punya hobi unik: mendongeng. Setiap kali Don tampil di kampung Seruni, semua warga bisa hanyut ke dalam cerita yang dia bawakan. Nggak ada layar lebar, nggak ada visual efek, tapi warga bisa merasakan seolah-olah sedang menonton pertunjukan beneran.
Rahasia Don adalah kemampuan menciptakan Theater of Mind. Dia bisa bikin orang lain membayangkan dunia yang dia ceritakan. Padahal cuma lewat suara dan ekspresi dongeng saja.
Kalau dipikir-pikir, profesi voice actor itu mirip banget sama Don. Bedanya, Don tampil di panggung, sementara kamu rekaman di studio dengan mikrofon. Tapi tujuannya sama: bikin orang terbawa suasana, merasakan emosi, bahkan bisa “lihat” cerita hanya dari suara.
Theater of Mind: Senjata Utama Voice Over
Oke, sekarang kita gali lebih dalam. Apa sih Theater of Mind itu?
Coba bayangkan kamu sedang mendengarkan audiobook. Nggak ada gambar, nggak ada ekspresi wajah, tapi anehnya kamu bisa langsung membayangkan karakternya bagaimana, tempatnya seperti apa, bahkan jalan ceritanya terasa hidup banget. Nah, itulah yang disebut Theater of Mind.
Bagi seorang pengisi suara, ini skill yang super penting. Pasalnya, di dunia voice over kamu dituntut bisa menjadikan audiens merasakan cerita atau pesan dari VO-mu tanpa bantuan visual. Jadi, hanya suara yang jadi senjatamu.
Kalau kamu berhasil bikin Theater of Mind, audiens nggak cuma “mendengarkan suara”, tapi juga bisa “menonton film” dalam kepalanya. Dan percayalah, inilah yang bikin suaramu bisa meninggalkan kesan mendalam di benak audiens.
Bagaimana jika kamu tidak mampu menciptakan Theater of Mind tersebut? Naskah bagus sekalipun akan terasa hambar, datar, dan susah sampai ke hati pendengar.
Kenapa Theater of Mind Penting Buat Voice Over Talent?
Nah, ini yang sering disepelekan. Banyak yang berpikir bahwa voice over itu cuma soal baca naskah dengan jelas. Padahal nggak sesederhana itu.
Bayangkan kalau kamu membuat iklan audio, audiobook, atau narasi dokumenter. Audiens nggak bisa melihat ekspresi muka atau gerakan tubuhmu. Jadi, satu-satunya cara untuk menyampaikan pesan hanyalah lewat suara.
Di sinilah Theater of Mind jadi kunci. Dengan suara yang penuh ekspresi, intonasi yang pas, dan tempo yang sesuai, kamu bisa menjadikan audiens larut ke dalam cerita. Mereka bisa merasa seperti berada di dalam cerita itu sendiri. Audiens yang sudah hanyut seperti itu biasanya akan lebih mudah mengingat pesan yang kamu sampaikan.
Tips Biar Voice Over Talent Bisa Bikin Theater of Mind
Oke, sekarang masuk ke bagian praktis. Kalau kamu ingin jago bikin Theater of Mind seperti Don di film Jumbo, ada beberapa cara yang bisa dicoba:
- Kenali naskah dengan baik: Jangan asal baca. Pahami dulu karakter dan tujuan naskah. Semakin dalam kamu memahami naskah itu, semakin gampang kamu membawakannya dengan natural.
- Mainkan intonasi: Suara monoton itu musuh utama VO. Naik-turun intonasi bikin audiens betah mendengarkan.
- Atur tempo bicara: Nggak semua bagian harus dibaca dengan kecepatan sama. Bagian emosional bisa lebih lambat, bagian seru bisa lebih cepat.
- Masukkan emosi yang tulus: Kalau lagi baca bagian sedih, biarkan suaramu terdengar lebih berat. Kalau lagi senang, kasih energi lebih. Jangan takut berlebihan, karena justru itu yang bikin pendengar ikut terbawa.
- Visualisasikan cerita di dalam kepalamu: Kalau kamu bisa membayangkan adegannya di kepala sendiri, otomatis suaramu juga akan lebih hidup.
- Gunakan gesture biar lebih natural: Walaupun pendengar nggak lihat, gerakan tangan dan tubuh bisa bantu suara terdengar lebih ekspresif.
- Latihan menggunakan cermin: Lihat ekspresi wajahmu sambil membaca naskah. Ekspresi yang tepat bisa bikin suara lebih “ngena”.
- Rekam, dengarkan, dan evaluasi: Jangan malas putar ulang hasil rekamanmu. Dari situ, kamu bisa tahu bagian mana yang harus diperbaiki.
Jadi, cobalah latihan lagi dan lagi. Dengan latihan rutin, skill-mu untuk menciptakan Theater of Mind akan semakin tajam.
Kalau Gagal, Harus Gimana?
Jujur saja, nggak semua VO talent langsung jago. Kadang hasil rekaman masih kaku, datar, atau malah bikin audiens bingung. Kalau itu terjadi, jangan minder dulu. Ini beberapa cara yang sudah Inavoice siapkan agar kamu bisa mengatasinya:
- Coba posisikan diri sebagai pendengar.
- Dengarkan audiobook, iklan radio, atau film animasi buat menambah insight.
- Coba ceritakan dongeng anak-anak, terus rekam suaramu dan dengarkan hasilnya.
- Banyak kelas online yang bisa bantu kamu improve. Ada yang gratis, ada yang berbayar. Jadi, cobalah untuk ikut salah satunya.
- Pendapat jujur bisa bikin kamu lebih cepat berkembang. Karena itu, kamu bisa minta feedback dari orang lain.
- Ingat, skill ini butuh waktu! Don saja butuh proses buat bisa bikin warga Seruni kagum. Tentu, kamu juga butuh latihan berkali-kali untuk bisa menguasainya.
Jadi kalau kamu gagal, anggap saja itu bagian dari perjalanan. Selama kamu nggak berhenti latihan, progress pasti terasa.
Nah, tentu sekarang kamu sudah paham kenapa Don di film Jumbo bisa menjadi inspirasi buat para talent, kan? Dari Jumbo kita belajar bahwa storytelling bukan cuma soal kata-kata, tapi bagaimana bikin audiens terbawa suasana lewat suara.
Kalau Don bisa bikin warga Seruni hanyut dalam dongengnya, kamu tentu juga bisa bikin audiens hanyut dalam setiap kata yang keluar dari suaramu. Intinya, jangan cuma “baca”, tapi benar-benar “bercerita”.
Nah, kalau kamu memang serius ingin mengembangkan karier sebagai voice over talent, jangan lupa ada Inavoice yang siap jadi partner-mu! Sebagai voice over agency terbaik di Indonesia, Inavoice bisa bantu kamu untuk dapat proyek, support, dan kesempatan lebih luas di industri kreatif ini.
Pada akhirnya, suara kamu itu berharga banget. Jadi jangan pernah merasa minder atau ragu. Ingat selalu: always remember, you deserve better!