Updated: 30 Oct 2024     Author: Indah Hikma     Comments: 0     English   |   Bahasa

Bagaimana AI Voice Over Memengaruhi Industri Voice Acting Tradisional

  1. Home
  2. Voice Over Blog
 
Table Of Content
 
Industri voice over Indonesia menghadapi tantangan baru. Munculnya AI disebut-sebut akan menggeser kedudukan voice actor karena teknologi sintetis suara bisa menirukan suara manusia asli. 
 
Menurut kamu, apakah hal tersebut akan benar-benar terjadi? Dari pada bertanya-tanya mari simak ulasan berikut ini untuk mengetahui bagaimana AI voice over memengaruhi industri voice acting tradisional dan seperti apa persaingan antara keduanya!
 

Pertumbuhan AI voice over: Bagaimana learning machine  mengubah lanskap audio? 

Learning machine berhubungan berat dengan data audio. Ini adalah jenis data tidak terstruktur yang membutuhkan banyak proses serta analisis. 
 
Dengan teknologi ini memungkinkan untuk mengubah suara, baik itu gelombang, amplitudo hingga frekuensinya, sehingga menjadi seperti yang diinginkan. 
 
Ada 8 istilah umum dalam data audio, antara lain: 
 
  • Audio: getaran yang merambat sebagai gelombang
  • Sampling: konversi sinyal kontinyu menjadi digital
  • Sample: nilai yang menunjukkan amplitudo pada suatu titik waktu
  • Sampling rate: jumlah sampel audio yang direkam per detik (dalam Hertz)
  • Amplitudo: nilai ketinggian gelombang audio
  • Frekuensi/pitch: jumlah total gelombang yang dihasilkan per detik.
  • Time domain: sinyal audio adalah gelombang yang amplitudonya berubah dari waktu ke waktu (dari sumbu y ke x).
  • Frequency domain: sinyal audio direpresentasikan sebagai urutan frekuensi dengan daya terkait.
 
Learning machine memungkinkan untuk mengubah lanskap suara seperti yang diinginkan melalui proses kompleks. Sebab suara adalah campuran frekuensi gelombang pada intensitas berbeda, sehingga penting melakukan konversi menjadi semacam kumpulan data tabular atau matriks. 
 
Ada tiga format audio digital yang paling umum, yakni wav (file audio berbentuk gelombang), mp3 dan wma (Windows Media Audio). 
 

Manfaat AI voice over: Biaya, efisiensi dan konsistensi

Berkembangnya teknologi AI voice over menjadikannya sebagai solusi untuk memproduksi suara tanpa melalui proses yang panjang. Produk digitalisasi ini bahkan menawarkan keuntungan yang meliputi hemat biaya, efisiensi serta konsistensi. Bagaimana bisa demikian? 
 
  • Hemat biaya 

Jika kamu memilih AI voice over, sama halnya meniadakan penggunaan voice over talent, rekaman audio dan editing. Semuanya bisa dilakukan secara otomatis dengan satu perangkat saja, sehingga bisa mengurangi biaya yang dibutuhkan selama proses produksi.
 
  • Efisiensi

Selain biaya, menggunakan AI voice over juga terbilang efisien dalam hal waktu. Semuanya dilakukan secara otomatis. Contohnya seperti studi kasus AI voice over di Tiktok yang menggunakan text to speech. Pengguna hanya perlu mengetikkan teks, kemudian akan dikonversi menjadi suara. 
 
  • Konsistensi

AI voice over memungkinkan merekam proyek yang sama dengan cepat dalam berbagai bahasa dan dialek. Teknologi ini juga mengatasi masalah aksesibilitas dengan membuat konten khusus untuk mereka yang memiliki gangguan bicara dan pendengaran. 
 
Konsistensi dari AI voice over juga ditunjukkan dengan suara yang dihasilkan, yang mana tidak terlalu banyak permainan nada dan infleksi serta kecepatan stagnan. Meski terdengar monoton, namun seringkali ini digunakan untuk konten yang sifatnya menghibur.
 

Keterbatasan AI voice over: Mengidentifikasi batasan synthetic speech

Penggunaan AI voice over memang menguntungkan untuk beberapa hal. Namun demikian, kamu juga perlu mempertimbangkannya. Sebab salah satu produknya seperti synthetic speech memiliki keterbatasan. 
 
 
Berikut ini batasan synthetic speech yang bisa menjadi pertimbangan sebelum memutuskan untuk memanfaatkannya:
 

Kurangnya nada dan emosi

Synthetic speech kurang memiliki nada dan emosi, sehingga terdengar seperti robotik. Namun, terkait hal ini sudah dikembangkan untuk menghasilkan suara layaknya manusia. 
 

Tidak adanya penilaian subyektif

Ketika menggunakan synthetic speech, tidak ada ruang untuk penilaian subyektif seperti yang dilakukan oleh human voice actor. Misalnya ketika pengisi suara sedang berbicara, mereka mungkin mengganti kata yang dinilai kurang nyaman. 
 
Berbeda dengan synthetic speech, suara yang dihasilkan sama persis dengan di deskripsi. Alhasil kurang ada variasi dalam berbicara. 
 

Hasil kurang natural

Synthetic speech dinilai kurang natural karena menghasilkan suara seperti robot. Emosi dan ekspresi tidak bisa menggambarkan suasana, sehingga berpotensi rendahnya kualitas audio. 
 

Peran voice over talent tradisional dalam dunia AI: Mempertahankan seni dan keaslian

Dengan adanya keterbatasan dari AI voice over, sudah tentu teknologi tersebut kurang bisa mengatasi proyek yang beragam. Apalagi yang membutuhkan kontrol emosi, intonasi dan pendalaman karakter, seperti animasi, audiobook, trailer hingga komersial. 
 
Disinilah voice over talent berperan. Bukan untuk menggeser AI voice over, melainkan berjalan beriringan karena walau bagaimanapun pada beberapa proyek masih membutuhkan keduanya. 
Voice acting tradisional berperan untuk mempertahankan seni dari voice over itu sendiri. Ini bukan hanya tentang teknik, melainkan turut berakting meskipun terkadang tidak ditampilkan pada visual. 
 
Para talent boleh melakukan improvisasi, bergerak sesuai adegan yang diperankan, memainkan mimik wajah, nada serta emosi dari naskah. Seni voice acting sama halnya pertunjukan drama. Walaupun tidak ada bukti visual, namun melalui suara bisa memainkan beragam karakter, membangun cerita, dan mengajak audiens untuk membentuk alur kisah. 
 
Sementara itu, voice over talent juga turut menjaga keaslian. Suara manusia tetap menjadi hal paling penting, karena meskipun tidak memiliki database tetapi bisa melakukan berbagai teknik secara natural. 
 
Naturalisasi yang dilakukan oleh voice over talent menjadikan hasil suara terdengar nyata, memiliki nyawa sekaligus layaknya berkomunikasi langsung kepada audiens. 
 

Dampak Ai voice over pada industri voice acting: Peluang dan tantangan

Seiring perkembangannya, AI voice over dibuat untuk memahami ucapan manusia dan membuatnya hampir tidak ada bedanya. Ini memberikan keuntungan seperti yang disebutkan pada poin sebelumnya. Namun juga bisa memunculkan tantangan tersendiri bagi industri, utamanya voice over talent seperti di bawah ini:
 
 

Persaingan

Voice over talent menghadapi peningkatan persaingan karena AI voice over menawarkan solusi otomatis. Hal tersebut membuat sempitnya lapangan pekerjaan untuk sulih suara. 
 

Kualitas

Voice over yang dihasilkan oleh AI menjadi lebih realistis dan berkualitas tinggi, sehingga semakin sulit bagi voice over talent untuk bersaing.
 

Mengganti pekerjaan

Voice over yang dihasilkan oleh AI bisa menggantikan pekerjaan voice over talent di berbagai bidang. Contohnya saat ini mulai muncul, seperti asisten virtual, automated customer service dan masih banyak lagi lainnya. 
 

Biaya

Salah satu manfaat dari AI voice over adalah biaya produksi yang lebih murah dibandingkan menggunakan jasa voice over talent. Itu artinya bisnis mungkin cenderung menggunakan AI dibandingkan mempekerjakan manusia. 
 

Kecepatan

AI voice over dinilai lebih efisien soal waktu produksi. Berbanding terbalik dengan voice over talent yang membutuhkan proses serta waktu untuk mempersiapkan dan merekam suara. 
 
Terlepas dari kendala ini, voice over talent bisa beradaptasi dan tetap kompetitif. Mereka tetap menjadi bagian penting dari industri media dan hiburan dengan memfokuskan diri pada proyek yang membutuhkan keterampilan khusus. 
 
Penting untuk dicatat bahwa meskipun AI berkembang pesat, namun voice over talent yang jadi juaranya dalam memberikan nuansa, emosi dan kreativitas. 
 
Dalam kebanyakan kasus, bahkan AI voice over membutuhkan suara manusia sebagai dasar pengembangan database vokal. Jadi, voice over talent masih memiliki peluang besar untuk terlibat dalam industri ini.
 

Evolusi voice acting: Dari pengisi suara klasik hingga narasi AI

Sebelum memasuki dunia AI, voice over mengalami evolusi dari tahun ke tahun. Hal ini membuktikan bila industri tetap dibutuhkan sampai kapanpun. 
 

Era akustik (1860-1906)

Dari tahun 1860 hingga 1906 mungkin terasa singkat, namun dalam periode tersebut voice over mengalami banyak perubahan. 
 
Reginald Fessenden adalah orang pertama yang merekam suara voice over talent. Namun sebelumnya di tahun 1850, ditemukan fonogram yang diduga digunakan oleh para ilmuwan untuk menerjemahkan suara ke media visual. 
 
Fessenden sendiri mulai mengirimkan komunikasi audio secara nirkabel dengan menggunakan sinyal radio dalam radius 1 mil. Ia menceritakan siaran cuaca khusus. Meskipun terdistorsi, namun hal ini sudah membawa kemajuan tersendiri. 
 
Pada tahun 1906, bahkan ia meningkatkan teknologinya secara besar-besaran. Komunikasi berbasis radio memiliki jangkauan yang lebih besar. Saat Natal 1906, Fessenden mengirimkan pesan radio langsung yang menampilkan pesan perayaan dan bacaan Alkitab dalam radius 11 mil. 
 

Era BBC dan animasi (1926)

BBC adalah British Broadcasting Company yang merupakan lembaga penyiaran publik non-komersial yang pernah menyampaikan pidato Raja George V melalui saluran radio di seluruh kerajaan Inggris secara bersamaan. Selain itu, mereka bertanggung jawab atas penyiaran bahasa asing pertama.
 
Masih di tahun yang sama, hiburan audio visual pertama diproduksi. Fleischer bersaudara bertanggung jawab atas proyek ini. Mereka menampilkan berbagai efek suara dan sebuah lagu untuk pemirsa. 
 
Animasi pendek ini menggunakan vitaphone, sebuah perangkat perekam audio analog yang merekam suara pada disk dari Warner Brothers. 
 

Electric era (1928-1936)

Streambot Willie adalah animasi Disney yang legendaris dan pertama dirilis secara komersial. Ini adalah proyek kartun pertama yang disinkronkan dengan voice over dan efek suara. 
 
Walt Disney bahkan menggunakan suaranya untuk peran Mickey Mouse pada tahun 1947. Sejak saat itu, mulailah dikenal dengan istilah “voice over” dan identik dengan kartun. 
 
Berlanjut pada tahun 1932, ketika film Tarzan diputar, memperdengarkan suara lolongan, teriakan dan efek menarik lainnya yang berasal dari editing suara asli dari Johnny Weissmuller selama pasca produksi. 
 
Industri hiburan kartun semakin naik dan mendapatkan ketenaran. Proliferasi film animasi juga memberi jalan bagi penggunaan voice over. Sementara kebutuhan professional voice actor terus tumbuh. Hingga akhirnya Mel Blanc bergabung untuk mengisi suara sejumlah karakter, seperti Looney Tunes, Bugs Bunny, Porky Pig, Tasmania Devil dan masih banyak lagi.
 

Era drama radio (1938-1940an)

Sementara industri radio Inggris berada di bawah kendali BBC, Amerika Serikat menciptakan studio terkemuka yang bersaing untuk menarik perhatian audiens. Hal ini membantu mempromosikan kepopuleran radio, hingga akhirnya muncul drama pertama bertajuk War of The Worlds yang diisi oleh Orson Welles. 
 

Era komersial (1950-1960an)

Jika kamu berpikir commercial voice over hanya populer di era sekarang saja, maka salah besar. Selama tahun 1950-an, Amerika menciptakan iklan yang ditayangkan di televisi atau terkenal dengan sebutan TVC. 
 
Iklan-iklan tersebut memiliki konsep bervariasi,mulai dari cerita pendek, penjelasan singkat, hingga ajakan untuk membeli. Ini menjadi tonggak sejarah industri voice over. 
 
Pada tahun 1960, La Fontaine muncul sebagai voice over talent untuk trailer pertama yang dipertontokan kepada publik. 
 
Sejak saat itu, industri voice over terus berkembang dan mengalami peningkatan serta perubahan besar. Meskipun awalnya berupa suara analog, namun lambat laun puncaknya di tahun 2000-an lantas berubah menjadi digital. 
 
Sadar akan pentingnya voice over untuk setiap bisnis, maka AI voice over muncul dengan tujuan mempermudah kinerja. 


Psikologi synthetic speech: Tanggapan mengenai suara manusia dan AI yang berbeda

Apakah ucapan yang disintesis oleh komputer sama persuasifnya dengan suara manusia? Jika didengarkan sekilas mungkin terdengar sama, namun bila didengarkan secara saksama, ada perbedaan yang begitu signifikan. 
 
Seperti dilansir dari jurnal The Persuasiveness of Synthetic Speech versus Human Speech, 193 peserta secara acak ditugaskan untuk mendengarkan daya tarik dari tiga jenis suara, yakni: 
 
  1. Sistem suara sintesis berkualitas tinggi
  2. Sistem suara sintesis berkualitas rendah
  3. Rekaman kaset dari suara manusia 
 
Setelah dibandingkan, peserta diminta untuk menilai persepsi kualitas bicara dan pesan yang disampaikan. Hasilnya, suara manusia umumnya dianggap lebih disukai daripada sintesis komputer. 
 
Dari penelitian tersebut terbukti bila suara manusia dinilai lebih berkualitas dan menyampaikan pesan secara baik dibandingkan hasil AI. Artinya, secanggih apapun model sintesis suara, tidak dapat menandingi human voice, terutama soal detail seperti naik turunnya nada, kecepatan, penekanan, jeda dan bagaimana membangun emosional penonton. 
 

Bagaimana AI voice over merevolusi industri periklanan: Studi kasus dan contoh

AI voice over memang memiliki keuntungan dalam segi biaya dan waktu produksi. Tidak heran bila banyak proyek yang memercakannyan pada teknologi ini. Sebut saja seperti asisten digital, customer service otomatis, pembuatan konten media sosial hingga iklan. 
 
Baik, mari dipersempit pembahasan pada iklan yang menggunakan AI voice over sebab terobosan ini disebut-sebut turut merevolusi industri periklanan. Seperti perangkat lunak digital yang kini bisa membuat iklan secara otomatis dengan menggunakan data dari internet. Pengaplikasiannya yakni memodifikasi teks dan gambar guna menargetkan audiens tertentu. 
 
Dalam sebuah studi kasus disebutkan bila AI dalam industri periklanan merupakan pergeseran dari strategi tradisional ke wawasan dan analitik data. Alhasil mendorong penggunaan algoritma, baik dari segi konten maupun suara yang dihasilkan. 
 
Sementara untuk mendukung penyampaian pesan, AI voice over berperan untuk menghasilkan nada suara yang ramah dan layaknya percakapan dengan panjang 50 hingga 150 kata. 
 
Okay, semua ini bisa menghemat waktu serta biaya. Namun perlu diingat bahwa etika AI voice over juga perlu diperhatikan utamanya dalam hal hak cipta. 
 
Seperti penggunaan AI voice cloning yang menyerupai suara manusia, kemudian digunakan dalam iklan tanpa izin. Ini saja sudah melanggar undang-undang hak cipta dan menyebarkan berita palsu. 
 
Di sisi lain, revolusi AI voice over pada industri periklanan juga perlu diwaspadai, utamanya dalam hal publisitas. Suara artificial intelligence sama halnya menggunakan robot, bukan manusia. Sedangkan apapun yang dipublikasikan seharusnya orisinil dan dibuat berdasarkan hak cipta. 
 

AI vs human voice actor: Mana yang lebih efektif untuk proyek audio? 

 
AI semakin terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari. Teknologinya semakin canggih, sehingga digunakan pada beberapa proyek penting, seperti Siri dan Alexa. Merek-merek besar seperti eBay, Burberry dan Whole Foods menambahkan chatbots untuk melayani pelanggan dengan cepat. 
 
Memang, layanan pelanggan merupakan salah satu yang identik dengan AI. Konsumen bertatap muka atau suara ke suara melalui chatbots yang ada pada website atau panggilan telepon. 
 
Karena itulah muncul persepsi bahwa suatu hari nanti AI sepenuhnya menggantikan peran suara manusia. Akan tetapi, itu tidak sepenuhnya benar. 
 
Boleh saja AI bisa menerjemahkan suara otomatis dan real time, memahami dan melayani konsumen hingga menganalisis wawasan penting. Akan tetapi, untuk proyek audio yang membutuhkan karakterisasi, pembangunan cerita dan emosional, tetapi harus dilakukan oleh manusia. 
 
Alasannya karena suara manusia lebih universal, mampu menaik turunkan nada, melakukan penekanan, memiliki tempo yang disesuaikan dengan isi pesan hingga bagaimana caranya layaknya berkomunikasi secara langsung kepada audiens. 
 
Oleh sebab itu, sebelum memutuskan manakah yang lebih baik antara AI voice over dan suara manusia, jawabannya tergantung dari jenis proyeknya. 
 
Jika itu untuk layanan pelanggan, bisa saja menggunakan AI. Namun demikian, jika untuk trailer, dokumentasi, animasi, audiobook, komersial hingga podcast, alangkah lebih baik bila memanfaatkan suara manusia asli. 
 

Pentingnya hubungan manusia: Mengapa akting suara tradisional masih penting?

Suara manusia akan tetap dibutuhkan dalam industri voice over. Ini merupakan elemen penting untuk mendukung keberhasilan suatu proyek agar menghasilkan suara berkualitas. 
 
Akting suara tradisional merupakan kombinasi dari seni, kreativitas dan teknik. Ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan harus terus berjalan beriringan guna menciptakan hasil akhir yang bagus. 
 
Ketiganya bisa menjadikan suara memiliki nyawa, membangun karakter, menciptakan alur dan yang terpenting mengundang keterlibatan audiens. Berakting bukan hanya sekadar menirukan adegan dengan gerakan tubuh dan mimik wajah. Bisa juga memberikan pola pada suara, sehingga menciptakan suatu ekspresi dan emosionalitas. 
 
Hanya suara manusia yang mampu menciptakan itu. Terlebih, kenatural begitu penting, sehingga menghasilkan suara yang nyaman didengarkan, relate serta terdengar nyata. 
 
Pengaruh AI voice over terhadap akting suara tradisional hanya sedikit saja. Tidak semua proyek menggunakan suara sintetis. Sementara lainnya masih membutuhkan voice acting tradisional. 
 
Sebagai jasa voice over profesional, Inavoice bahkan juga turut mengikuti perkembangan teknologi, namun tidak mengesampingkan peran voice over talent. Mereka tetap memiliki ruang tersendiri untuk menciptakan suara dan karakter berkualitas dalam industri voice acting.