Tentunya banyak perubahan yang dirasakan oleh voice over talent ketika menghadapi pandemic covid-19. Mulai dari perubahan cara perekaman yang kini client lebih memilih menggunakan remote recording system, cara client memberikan brief secara jarak jauh (biasanya berupa text tertulis, ataupun meeting menggunakan beberapa alat penunjang eMeeting), dan hal lainnya yang tentunya justru menunjang modernisasi industri voice over dan membawanya ke ranah yang lebih maju.
Tentu perubahan-perubahan ini membawa dampak yang cukup signifikan pada cara bekerja voice over talent, seperti harus mengupgrade peralatan rekamannya menjadi lebih baik, acoustic treatment yang lebih baik pada ruangan rekaman, koneksi internet yang cepat agar client dapat mengakses perekaman secara realtime, dan mampu mengadaptasi brief tertulis dengan baik.
Memangnya seperti apa sih mengerjakan project voice over sebelum era new normal ini? Mengerjakan pekerjaan voice over sebelum era new normal ini dapat dikatakan cukup longgar karena dapat berpindah dari satu studio ke studio lainnya, bisa menjumpai client dan client bisa langsung memberikan arahan pada saat sesi perekaman berlangsung. Hal ini menyenangkan karena tentunya dengan hal ini persentasi revisi akan kecil.
Memberikan brief secara langsung merupakan keuntungan yang didapat sebelum era new normal. Voice over talent tidak perlu memperkirakan bagaimana keinginan client, dan tentunya dengan bantuan voice director (bila memang ada) akan sangat membantu untuk menerjemahkan brief dari client.
Sebelum era new normal, project voice over merupakan pekerjaan collective yang dihandle oleh berbagai pihak professional, saat ini bekerja dalam project voice over tidak melulu seperti itu, bisa jadi hanya client dan talent saja yang bekerja di dalamnya.
Namun lagi-lagi, membandingkan pekerjaan voice over sebelum era new normal tidak ada gunanya karena saat ini, dengan kesadaran penuh, kita harus menjaga kesehatan diri, tim studio, dan client dengan menjaga jarak.
Kini, dengan adanya jarak, dan maraknya remote recording system yang digunakan oleh client, pengisi suara mendapati kesulitan tersendiri, yaitu menerjemahkan brief dari client. Tentunya kebanyakan client akan mengusahakan meeting dengan menggunakan perlengkapan eMeeting, bahkan menggunakan perlengkapan tersebut untuk memberikan arahan saat melakukan rekaman.
Namun tak jarang juga client lebih memilih untuk memberikan brief tertulis, dan tanpa memberikan bagaimana referensi voice over yang diinginkan, sehingga kit 'dipaksa' bekerja berdasarkan referensi yang ia miliki sendiri. Ingat, ini merupakan hal yang berbahaya karena referensi setiap orang berbeda-beda, dan menerjemahkan brief tertulis tanpa guidance merupakan hal yang tidak tepat karena memperbesar chance revisi kedepannya.
Penting bagi voice talent di era new normal ini untuk meminta detil brief seperti tone references, speed references, atau bahkan character references, untuk meminimalisir revisi.
Tidak percaya? Mari kita buktikan dengan studi kasus. Suatu saat anda diminta untuk menjadi talent untuk sebuah project. Briefnya cukup simple, yaitu anda harus menggunakan tone friendly ketika membacakan naskah tertulis.
Mudah? Tentu mudah. Tapi apakah yang anda bilang mudah itu benar di mata client? Belum tentu.
Brief friendly yang diberikan client, tone suara yang diinginkan, speed, dsb. yang ada dalam bayangan talent belum tentu sesuai dengan yang diinginkan client. Hal ini bisa menyebabkan revisi yang berkepanjangan. Lantas bagaimana Inavoice.com menyikapi hal ini? Mari kita bedah brief friendly ini dengan detil, inilah detilnya :
Ketika client memberikan brief friendly, maka kemungkinan pertama yang harus anda lakukan adalah anda harus berperan untuk menjadi seorang yang akrab dengan target audiens yang ingin diraih oleh client, karena bisa jadi (dan perlu dikonfrimasi pada client) itu yang dimaksud dengan friendly di sini.
Sebagai talent profesional (yang merupakan pekerjaan turunan dari Voice Acting) anda harus mampu menjiawai peran yang diberikan oleh client. Anda harus membaca naskah yang diberikan, mengetahui segmentasi pasar produk atau jasa client yang menghire anda, mengetahui apa motivasi dibalik naskah tersebut, dan memiliki bayangan role model siapa yang akan anda tiru.
Selain harus bersuara dan membaca dengan cara yang friendly, hal-hal yang disebutkan di atas penting untuk anda kulik agar anda dapat menyampaikan pesan sesuai dengan tujuan pembuatan naskah client, memberikan nyawa pada project voice over anda, dan produk voice over anda mendapatkan engagement yang lebih dari target market client.
Terlepas dari brief friendly untuk berperan sebagai karakter yang akrab, tentunya brief friendly paling umum yang sering disampaikan oleh client adalah membaca dengan intonasi yang akrab. Lantas bagaimana intonasi akrab bila diterjemahkan dalam tulisan? Intonasi yang akrab bisa diterjemahkan menjadi intonasi yang sering kita dengarkan, the guy/girl next door, intonasi character ibu, intonasi iklan soft sell, dan lainnya.
Hal ini tentunya harus dipastikan lagi pada client bila client tidak memberikan referensi tone yang mereka inginkan. Intonasi pembacaan friendly tentunya berbeda, dan harus disesuaikan segementasi pasar produk atau jasa yang akan anda bacakan. Banyak berinteraksi dengan client, walaupun secara jarak jauh merupakan langkah yang wajib diambil untuk meminimalisir perbedaan pandangan terhadap brief yang diberikan.
Tidak semua produk voice over dengan brief friendly membutuhkan smiley voice di dalamnya, namun dari pengalam inavoice mengerjakan project voice over dengan brief ini, talent dituntut untuk membaca narasinya dengan smiley voice. Apa itu smiley voice?
Smiley voice adalah memberikan senyum pada narasi yang anda bacakan. Cara membacakan narasi agar narasi dengan gaya ini cukup mudah, yaitu bentuk mulut anda seperti sedang tersenyum, dan di penekanan-penekanan emosinya naikanlah alis anda. Cobalah, dan tentu suara anda akan berubah jadi lebih ceria.
Salah satu kesulitan talent adalah memiliki imajinasi yang luas tentang kepada siapa anda berbicara, dan apa inti pesan dari naskah yang anda bacakan. Talent harus mampu menjadi sebuah karakter, dan memiliki theater of mind yang kuat agar voice over yang anda bacakan memiliki nyawa.
Dengan membayangkan kepada siapa anda berbicara, anda bisa menentukan intonasi, pemenggalan jeda yang tepat, dan tentunya anda bisa memberikan nyawa pada narasi yang telah anda tulis.
Membaca naskah dengan menggunakan gesture merupakan hal yang sering dilakukan oleh talent untuk bisa memberikan best performance mereka pada naskah yang telah ditulis oleh client. Ingat, talent merupakan turunan pekerjaan dari voice-acting sehingga tentunya anda juga harus berakting didepan microphone. Menggunakan gesture bisa menjadi keuntungan tersendiri, karna dengan menggunakan gesture, tanpa anda sadari anda akan lebih menjiwai naskah yang anda bacakan.
Menerjemahkan brief tentu bukanlah hal yang mudah. Khususnya di era new normal ini, yang mana client tidak dapat secara langsung memberikan direksi pada voice over talent yang akan membacakan naskah yang telah mereka tuliskan agar tepat sasaran. Voice over talent di tuntut untuk kreatif dan mampu menjabarkan brief tertulis dengan atau tanpa referensi. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Baca Juga
Remote Recording System Untuk Voice Over Talent
Peluang Berkarir Sebagai Bagi Voice Over Talent
Tips Memilih Microphone Untuk Voice Over Talent