Updated: 28 May 2021     Author: Jatmiko Kresnatama     Comments: 0     English   |   Bahasa

3 Permasalahan Utama Industri Voice Over Indonesia

  1. Home
  2. Voice Over Blog

Industri voice over memang selalu menarik untuk dilirik. Kami begitu mengagumi industri ini semenjak sangat lama. Industri yang dulunya hanya merupakan pelengkap dari industri broadcasting ini, kini bisa menjelma menjadi salah satu industri yang memiliki banyak peminat untuk menjadi pelaku indusrtri ini, baik sebagai voice talent, agency, ataupun marketplace.

Tentunya, menjadi bagian dari perkembangan industri voice over, Inavoice berusaha memberikan yang terbaik dari yang paling baik yang dimiliki oleh pasaran. Baik dari segi teknis produksi, dan dari segi pemilihan voice over talent yang ada di dalamnya.

Mari kita sedikit lagi mengulang membicarakan perkembangan pengisi suara indonesia yang selalu kita bahas di blog-blog Inavoice sebelumnya. Sering disebutkan bahwa Industri voice over ini merupakan produk termuda dari industri broadcasting.

Mengapa bisa disebut demikian, karena voice over baru benar-benar dipahami dan memiliki industri yang sehat sendiri (khususnya di Indonesia) sejak medio tahun 2000an.Bahkan di tahun awal-awal industri voice over bergeliat, voice over talent masih sering disamakan dengan narator.

baca artikel Voice Over Indonesia : Perbedaan Narator dengan Voice Over Talent

Hingga ditahun 2015 sampai saat ini, berangsur industri voice over indonesia menuju puncaknya. Banyak sekali pengisi suara muda berbakat yang muncul di industri ini, baik melalui voice over agency, marketplace, ataupun menjajakan sendiri servicenya melalui social media yang mereka miliki.

Ini adalah indikator yang baik dan sehat, bila kita melihat dari sisi perkembangan jumlah voice talent, karena bila kita mengingat pada tahun 2010an banyak sekali client yang masih mengandalkan jasa ‘teman’ untuk mengisi voice over pada pekerjaan audio-visual related.

Namun bila kita melihat hal ini, tentu ada kekhawatiran lebih lanjut mengenai industri ini dan menjadikannya sebagai celah dalam perkembangan industri voice over ke depannya. Apa celahnya? Mari kita bahas lebih lanjut :

 

Permasalahan Utama Industri Voice Over Indonesia

1. Industri Voice Over Belum Memiliki Pijakan

Industri voice over yang kini tengah berkembang dan telah jauh mengalami evolusi sejak awal maraknya industri ini masih sangat limbung. Mengapa begitu? Belum ada pijakan yang regulasi yang mengatur industri ini, baik regulasi untuk teknis (peralatan rekaman, standard output file, standard mixing, standard mastering, dsb) maupun regulasi untuk memajukan industri ini lebih jauh (standard fee, standard skill talent, regulasi pembayaran talent, regulasi mengenai revisi, dsb).

Hal ini merupakan hal yang ‘penting gak penting’ bagi Inavoice karena dengan adanya aturan yang dibuat dan ditujukan untuk memajukan industri ini, terkesan bahwa industri ini akan menjadi sangat formal dan kurang nyaman.

Namun dengan tidak adanya regulasi, sungguh bisa menjadi boomerang, bila mendapat client yang ‘curang’, misalnya pembayaran bisa jadi mundur sangat lama, jumlah revisi melebihi recording utama, output file voice over yang tidak layak, dsb. Dari limbungnya hal ini, tentunya kami berharap kedepannya industri voice over bisa berbenah diri, setidaknya dari komunitas masing-masing, agency, marketplace, ataupun diri sendiri.

 

2. Voice Over Talent dan Pengetahuan Teknis Voice Over

Sudah tidak diragukan lagi bahwa setiap talent pasti memiliki suara yang berbeda dengan lainnya. Hal ini merupakan gift dan bersifat taken for granted, kita tidak bisa meminta seperti apa suara kita diciptakan. Karena ini juga, setiap talent memiliki ciri khas khusus atau warna suara yang berbeda. Namun warna suara yang bagus saja tidak cukup, menjadi talent harus memiliki beberapa pengetahuan teknis agar mereka mampu menjadi talent yang bersaing dalam industri voice over ini.

Percayalah bahwa orang yang berusaha lebih keras, akan mendapatkan hasil lebih pula. Analogi ini tentunya juga cocok untuk disematkan pada industri voice over. Talent yang berusaha lebih keras untuk memperbaiki technical skill mereka lebih dari yang lain, kedepannya akan menjadi Talent yang bisa bersaing pada industri ini.

Jangan pernah merasa bahwa menjadi voice over talent itu adalah pekerjaan yang mudah dan ‘gift’ dari Tuhan. Industri ini sama dengan industri yang lain yang mana jam terbang, latian, dan profesionalitas menjadi kunci utama kesuksesan orang yang berada di dalamnya sehingga anda bisa menjadi pengisi suara yang laku oleh brand dan perusahaan.

 

3. Minat Membaca Masyarakat Indonesia

Minat membaca masyarakat Indonesia kami sebutkan sebagai celah juga karena, untuk menjadi voice actor yang baik, tentunya harus memiliki minat membaca yang tinggi. Bagaimana bisa menjadi voice actor yang baik tapi tidak memiliki minat baca yang cukup?

Bukankah pekerjaan utama voice actor adalah membaca? Maaf, bukan hanya membaca, tapi membaca sekaligus mengirimkan pesan yang ada pada naskah pada target audiens yang diharapkan terpapar oleh pesannya.

Berlatih membaca merupakan hal dasar yang harus dilakukan voice over talent. Bacalah apapun, baik buku, puisi, cerpen, cerita panjang, naskah voice over, ataupun lainnya. Dengan banyak membaca, tentunya anda berlatih untuk mengetahui apa pesan dibalik tulisan tersebut. Setelah itu, barulah berusaha membaca untuk menyampaikan pesan dari naskah yang anda baca.

Harapan Inavoice pada Industri Voice Over Indonesia

Dari beberapa celah pada industri yang telah disampaikan di atas, kita harus bersama mengamini bahwa untuk menjadi industri yang berkembang dengan baik, kita harus mulai dari diri memperbaiki diri kita sendiri (khususnya pelaku industri voice over). Dari lingkup terkecil itu lah, kita akan membangun support system yang baik, dan kedepannya diharapkan industri voice over bisa menjadi industri yang lebih baik.

Sedikit bercerita mengenai tahun 2020 ini, Inavoice memenemukan banyak sekali kejadian-kejadian luar biasa yang diluar logika khususnya untuk industri voice over. Tentunya 2020 yang memang berjalan diluar logika ini menumbuhkan banyak sekali trend baru pada industri ini, seperti bertambah jauh lebih banyaknya voice over talent karena budaya work from home, juga banyaknya orang yang di rumahkan, social distancing yang diterapkan pada industri voice over, menjaga studio dan peralatan audio tetap clean untuk perekaman bersama talent, hingga remote recording system yang kini jauh lebih diminati oleh client dibanding dengan beberapa tahun sebelumnya.

Zoom, Google Meet, Skype Session, Whatsapp Video Call menjadi pilihan utama client untuk mengerjakan project voice over. Selain itu, pola pengerjaan voice over yang direct langsung dikerjakan oleh voice over talent tanpa melalui agency juga mulai menjadi sebuah trend di tahun 2020. Ini tak salah, karena tentunya menyesuaikan budget client yang ingin menghire jasa voice over.

Namun ini menjadi sign yang bagus bagi industri voice over, karena agency yang berjenis b2b harus menyediakan hasil yang jauh berkualitas dibanding bila client direct to voice over talent.

Trend 2020 ini menjadi pemantik industri voice over untuk terus berbenah, karena kita yang selama ini belum pernah mengalami pandemi cukup dikagetkan dengan perubahan drastis pola kehidupan. Kita belum mengetahui sampai kapan pandemi ini akan berakhir, belum ditambah mutasi virus yang terus berkembang, dan terror pemberitaan mengenai penemuan virus baru yang mulai merebak. Sehingga sah saja bahwa pada tahun 2021 kita masih akan menemui trend industri voice over yang hampir sama dengan tahun 2020.

Namun, yang menjadi cukup beda adalah persiapan kita. Kita telah diberikan 1 tahun untuk menghadapi masa pandemi, sehingga di tahun 2021 industri ini seharusnya sudah mulai mengerti dengan pola-pola produksi yang lebih baik. Saran kami untuk menghadapi tahun 2021 sebagai voice over agency dan bekerjasama dengan talent secara remote adalah sebagai berikut :

  1. Persiapkan internet speed yang lebih kuat.
  2. Pelajari mengenai input dan output portal eMeeting, dan aplikasikan sebagai tools remote recording system.
  3. Mulai mempertimbangkan untuk meningkatkan kualitas hasil rekaman di rumah karena merekam suara menggunakan handphone, dan microphone ala kadarnya tidak menjadi pilihan. Selain itu, juga tingkatkan kualitas acoustic treatment ruang perekaman. Anggaplah 2 hal ini merupakan bentuk investasi sebagai voice over talent.
  4. Tingkatkan flexibilitas waktu bekerja karena semua orang bekerja dari rumah, dan jam kerja menjadi lebih caur

 

Beberapa hal tersebut adalah hal yang penting dipersiapkan untuk menunjang industri voice over yang lebih baik pada tahun 2021. Sepertinya cukup sudah pembahasan mengenai recap permasalahan industri voice over di Indonesia pada tahun 2020. Semoga kita bisa menjadi lebih baik ditahun depan. Untuk menutup artikel ini, kami persembahkan sebuah video recap pekerjaan inavoice pada tahun 2020. Selamat menyaksikan.