Updated: 15 Feb 2023     Author: Jatmiko Kresnatama     Comments: 0     English   |   Bahasa

Teknik Apa yang Digunakan Untuk Memastikan Tone yang Konsisten Dalam Voice Over?

  1. Home
  2. Voice Over Blog
 

Table Of Content

Teknik Apa yang Digunakan Untuk Memastikan Tone yang Konsisten Dalam Voice Over?

1. Jenis tone apa yang diinginkan dalam voice over?
2. Bagaimana caranya memastikan bahwa suatu tone konsisten? 
3. Jenis infleksi apa yang harus digunakan untuk menyampaikan emosi yang tepat?
4. Haruskah menggunakan gaya monoton atau lebih dinamis? 
5. Bagaimana seharusnya mengontrol jeda dan irama?
6. Apakah ada kata atau frasa tertentu yang perlu ditekankan? 
7. Jenis pacing apa yang seharusnya digunakan?
8. Apakah ada ungkapan atau intonasi tertentu yang perlu diikuti?
9. Haruskah mengulang kata atau frasa tertentu sebagai penekanan?
10. Adakah teknik tertentu yang dapat membantu menciptakan tone tetap konsisten dalam voice over? 

 
   Indah Hikma
   Writer Inavoice
 
Terjun ke industri voice over Indonesia, para voice actor dituntut untuk bisa mengembangkan suara unik yang mudah dibedakan, terdengar kredibel dan memastikan tone konsisten. Di sisi lain juga dibarengi oleh ritme tenang, terukur, tanpa terburu-buru, aliran bacaan stabil, pelafalan jernih dan percaya diri. 
 
Pada proyek-proyek tertentu, seperti audiobook, dokumenter atau biografi membutuhkan tone konsisten dari awal hingga akhir. Sebab ini menunjukkan profesionalisme serta kualitas dari si aktor itu sendiri. 
 
Tone yang konsisten dalam voice over bisa saja keluar secara spontan begitu berada di depan mikrofon. Namun bagi pemula, kemampuan tersebut perlu diasah dengan beberapa teknik. Nah, sebagai studi bagi voice actor, berikut ulasan lengkap mengenai tone serta bagaimana mengolah irama, jeda hingga dinamika  seperti yang sudah Inavoice rangkum.
 

Jenis tone apa yang diinginkan dalam voice over?

Sebelum beranjak pada teknik voice over, ada baiknya untuk memahami terlebih dahulu tentang pengertian tone. Ialah mengacu pada nada suara atau sikap. Ini erat hubungannya dengan pengambilan atau pembacaan kata atau frasa tertentu dari skrip selama lebih dari satu sesi. 
 
Para profesional di bidang voice over Indonesia bisa mencocokkan tone dari sesi sebelumnya, akan tetapi beberapa masih belum memahaminya. Sebab begini, tone yang kurang pas bisa merusak suara atau bahkan mengubah makna dari pesan sebenarnya. 
 
Menurut Avos Journeys, tone dalam voice over memiliki berbagai macam jenis yang disesuaikan oleh jenis bacaan naskahnya, apa saja? 
 
1. Authoritative
 
Authoritative berkaitan dengan melatih untuk percaya diri dan kuat. Tone yang dihasilkan umumnya berasal dari infleksi ke bawah dan menyesuaikan tempo serta jeda. 

Latihan authoritative secara rutin membantu untuk berlatih mengubah cara berbicara, resonansi, artikulasi, memasukkan bahasa tubuh yang pada akhirnya tercermin dalam nada.
 
2. Conversation
 
Sebesar 92% pengisi suara bekerja dengan narasi, seperti untuk film dokumenter, biografi, audio atau buku anak-anak. Suara harus terdengar mudah dimengerti, ramah, serta tulus. Cara melatihnya yakni dengan mengekspresikan emosi di wajah, sehingga akan terproyeksi ke suara yang dihasilkan. 
 
3. Eloquent
 
Beberapa voice actor turut ke dalam proyek untuk video pelatihan atau materi promosi. Mereka juga bekerja sebagai penyiar pameran dagang. 
 
Proyek korporat ini membutuhkan kefasihan yang bisa dikembangkan dengan mempraktikkan tone tepat, halus serta canggih.
 
4. Enticing
 
Apakah kamu mendapatkan tugas untuk mengisi sulih suara karakter animasi atau industri komersial? Maka yang dibutuhkan adalah terdengar menarik.
 
Cara melatihnya dengan membayangkan suasana intim, keseharian, unik. Lalu atur tone suara agar sesuai dengan situasinya. Latihan ini perlu dilakukan dalam berbagai tingkat intensitas.
 
5. Inspiring
 
Video pelatihan atau skrip motivasi membutuhkan nada yang menginspirasi. Maka, bayangkan situasi yang menginspirasi dan bereksperimen dengan tone berani, bersemangat serta lebih dalam. Perhatikan pula jeda, dorongan, tarikan dan range.
 
6. Nurturing
 
Karakter yang menggambarkan kakek, nenek, ibu, guru atau teman yang peduli membutuhkan tone yang terdengar mengayomi. Kedengarannya peduli, penyayang dan simpatik, sehingga akan membangun karakter tersebut secara utuh. 
 
Elemen terpenting dari voice acting adalah menguasai beragam tone. Masuk ke industri ini membutuhkan komitmen, latihan rutin serta dedikasi guna mengasah kemampuan. 
 
Dengan melatih konsistensi tone, maka kamu bisa mengembangkan keterampilan dan teknik yang diperlukan untuk berbagai jenis voice acting dan mendapatkan predikat serba bisa. Pastinya, ini akan meningkatkan kepercayaan diri juga, kan?
 

Bagaimana caranya memastikan bahwa suatu tone konsisten? 

Tone suara bisa berubah-ubah setiap harinya tergantung situasi. Begitu pula dengan voice acting yang dituntut dapat memvariasikan nada tergantung dari proyek. 
 
Pengisi suara menggunakan tone yang bervariasi untuk menumbuhkan respon emosional yang berbeda pada pendengar. Meskipun demikian, beberapa aspeknya berada di luar kendali. Misalnya tidak memiliki aksen atau kualitas vokal alami. 
 
Tapi tenang saja, itu bisa dilatih secara rutin setiap hari tergantung dari jenis naskah atau proyek. Di samping itu, seorang voice actor juga dituntut mampu mengidentifikasi audiens, kemudian menyesuaikan dengan nada yang akan disampaikan.
 
 
Setidaknya ada 4 tone populer di industri voice over
  • Lucu vs Serius
  • Formal vs Kasual
  • Respect vs Kurang sopan
  • Antusias vs Bermalas-malasan
 
Keempat jenis di atas bisa dijadikan patokan untuk mengukur konsistensi suatu tone. Namun demikian, itu semua bisa berubah dari kalimat satu ke lainnya atau bahkan dari sesi satu ke lainnya. Tergantung dari bagaimana suatu karakter dan adegan, kecuali untuk proyek sulih suara korporat yang tidak begitu memiliki variasi nada.
 
Pastinya setelah mengidentifikasi karakteristik mana yang sesuai dengan naskah yang akan dibawakan, kemudian berlatih menyesuaikan tone. Misalnya jika sudah menentukan nada bicara santai, selanjutnya apakah ramah, genit atau supel. Tentukan apa yang sebenarnya diperlukan oleh karakter dalam skrip melalui bantuan mendeskripsikan kata-kata. 
 

Jenis infleksi apa yang harus digunakan untuk menyampaikan emosi yang tepat?

Infleksi erat kaitannya dengan tone. Ini adalah perubahan nada suara yang memberikan kehidupan pada kata-kata, baik gembira, sedih, marah atau bahkan bersemangat. 
 
Infleksi dikategorikan menjadi empat jenis, antara lain sebagai berikut: 
 
1. Upward inflection
 
Upward inflection adalah perubahan nada dari rendah ke tinggi. Ini biasanya digunakan untuk menunjukkan keraguan atau mengklarifikasi sebuah pertanyaan. Contohnya ungkapan, “Apakah kamu mengerti?”
 
Kamu harus berhati-hati dengan infleksi ini karena jika menggunakannya terlalu berlebihan maka akan mengubah pernyataan menjadi pertanyaan. Baiknya diaplikasikan sesuai naskah atau karakter di dalamnya. 
 
2. Downward inflection
 
Downward inflection adalah perubahan nada dari tinggi ke rendah. Diaplikasikan untuk menunjukkan pernyataan atau perintah. Misalnya, “Aku tidak mengatakan dia mencuri uang”.
 
Infleksi jenis ini memberikan kepastian, kekuatan, kepercayaan diri dan finalisasi pada kalimat. Ketika diaplikasikan pada pertanyaan bisa berarti seolah memancing lawan bicara untuk menjawab atau memberikan umpan balik. 
 
3. Level inflection
 
Pada level inflection tidak ada perubahan nada dalam vokal. Umumnya digunakan untuk menunjukkan ketidaktertarikan dan keragu-raguan. Contohnya seperti “Okay”, “Mungkin,” atau “Bagus”.
 
4. Double atau Circumflex Inflection
 
Berkebalikan dengan level inflection, double atau circumflex inflection adalah naik turunnya nada. Paling sering digunakan untuk menunjukkan kepercayaan diri, finalitas, kekuatan serta kepastian.
 
Keempat jenis infleksi di atas juga perlu dibarengi oleh volume suara, sehingga menunjukkan emosi yang kuat. Kenyaringan atau kelembutan voice tentu juga akan dirasakan oleh audiens, sehingga nantinya mengundang engagement
 
Berbicara terlalu lembut secara terus menerus tidak menunjukkan emosi apapun atau monoton. Sebaliknya jika terlalu keras maka akan membuat pendengar kurang nyaman. 
 
Sebaiknya gunakan volume lembut untuk menunjukkan hal penting atau serius. Sementara menaikkan volume ketika ingin berkomunikasi atau meminta antusiasme, memberikan penekanan hingga poin tertentu. 
 

Haruskah menggunakan gaya monoton atau lebih dinamis? 

Sebelum menentukan apakah harus menggunakan gaya monoton atau dinamis, ketahui terlebih dahulu pengertian dari masing-masing. 
 
Monoton adalah gaya yang menunjukkan suatu ekspresi datar, pitch yang tidak berubah dan tidak adanya intonasi. Biasanya disebut juga dengan boring voice atau suara yang membosankan.
 
Sementara dinamis adalah gaya yang menunjukkan suatu perubahan emosi, pitch yang berganti serta diselingi oleh intonasi. Style ini memberikan variasi saat berbicara. 
 
 
Baik gaya monoton maupun dinamis sama-sama berguna dalam voice over. Sebab ada karakter yang mengharuskan kamu untuk berbicara datar. Namun itu hanya beberapa saja. Selebihnya voice actor dituntut bisa menyampaikan beragam tone
 
Pertanyaannya, bagaimana bisa seorang aktor membuat variasi dalam suara? Jawabannya berasal dari tiga elemen, yakni loudness, tone dan pengaturan waktu. 
 
Saat berlatih atau hendak rekaman, beri tanda warna atau apapun untuk menekankan ada dinamika pada kara, frasa, kalimat atau paragraf. Kemudian pikirkan tentang volume, tone serta atur waktu. 
 
Rekam suara saat membaca naskah, lalu putar ulang dan dengarkan. Lantas, apakah sudah sesuai atau masih butuh penambahan dinamika atau sebaliknya. 
 
Dinamika dalam suara memungkinkan makna dan kekayaan kata serta frasa. Pendengar jadi lebih memerhatikan dan mendengarkan lebih lama dibanding bicara monoton. 
 
Akan tetapi perlu dicatat, hindari berbicara terlalu banyak dinamika, sehingga akan terkesan berlebihan dan justru aneh. Terlebih memberikan gaya tersebut pada karakter yang monoton, maka akan membuatnya kurang sesuai atau tidak membangun karakter itu sendiri.
 

Bagaimana seharusnya mengontrol jeda dan irama?

Seperti dikutip dari pernyataan Mark Twain bahwa tidak ada yang lebih dramatis daripada jeda di waktu yang tepat. Voice actor profesional memiliki kemampuan untuk menguasai hal tersebut. 
 
Sederhananya, jeda memperkuat kata-kata. Elemen ini akan memberikan pesan yang memungkinkan audiens mencerna dan berpikir mengenai apa yang kamu bicarakan. 
 
Sementara itu, jeda juga membangun irama, ritme, menciptakan tempo dan persuasi. Secara praktis, pause dilakukan setiap kalimat atau kata kunci tertentu. Misalnya, “Aku melihat (pause), seekor kucing.”
 
Dengan menambahkan jeda ini akan memberikan isyarat kepada pendengar bahwa ide atau kata tersebut penting. Itu juga menunjukkan informasi yang perlu dipertahankan. 
 
Memberikan jeda saat berbicara membuat voice actor istirahat sejenak, mengatur nada, mengembalikan irama suara dan menambah penekanan. Audiens akan mengetahui bahwa ini adalah poin kunci, sehingga mereka harus mengingat. 
 
Pendengar harus diberi kesempatan untuk mencerna, mendengarkan dan menyerap kata-kata. Setidaknya, rata-rata orang dewasa bisa berbicara sekitar dua atau tiga kata per detik. Namun itu bukan berarti harus mengucapkan dengan kecepatan yang sama. 
 
Adakalanya mempercepat kata hingga bertemu jeda dan menambah penekanan. Kuncinya adalah mempelajari cara meregangkan irama, ritme, ketukan serta kata kunci yang ingin ditonjolkan. Ini akan membantu pesan tersampaikan dengan baik. 
 
Jadi intinya, ketika melakukan proses perekaman voice over ingatlah mengenai jeda. Ini akan membantu kata-kata menjadi lebih hidup, mengistirahatkan pembicara serta audiens dan memberikan kesempatan mereka untuk berpikir soal makna yang disampaikan.
 

Apakah ada kata atau frasa tertentu yang perlu ditekankan? 

Kontrol tone, jeda, irama, lalu apa lagi yang harus dilengkapi saat berbicara dalam voice over? Ya, penekanan
 
Hal lain yang tidak kalah penting pada suara adalah menekankan kata-kata tertentu dalam sebuah kalimat. Ini bertujuan untuk memberitahukan pendengar sesuatu yang penting dan menjelaskan makna. 
 
Biasanya voice actor menebalkan suara pada kata tertentu sebagai bentuk penekanan. Jenis infleksi ini bisa juga dengan mengeraskan suara atau naik ke nada yang lebih tinggi, sehingga menciptakan variasi dan menarik perhatian saat mendengarkannya. 
 
 
Sekali lagi, jika variasi suara kurang, maka akan terdengar monoton. Oleh karenanya dibutuhkan highlight khusus pada kata tertentu. Misalnya saja pada kalimat “Sally menjual kerang di tepi pantai”. Infleksi ini kemudian mengasumsikan penonton mengenal tokoh Sally dan akan memerhatikannya sepanjang cerita.
 
Pilihan lain yang menekankan lokasi menjual kerang. Mungkin bertujuan untuk memberitahukan pembaca mengenai tempatnya sebagai salah satu promosi. Maka penekanan beralih ke “Sally menjual kerang di tepi pantai”.
 
Penekanan kata juga membutuhkan latihan sebelum masuk ke dapur rekaman. Umumnya setidaknya ada dua kata penting per kalimat. Kamu bisa menggaris bawahi atau menekankan kata yang memang menjadi highlight utama dari skrip. 
 

Jenis pacing apa yang seharusnya digunakan?

Pada dasarnya pacing adalah kecepatan berbicara atau membuka cerita. Namun dalam voice over, ini juga melibatkan energi dan waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan kepada pendengar. 
 
Pemahaman tentang jeda dan emosi adalah dasar yang memengaruhi pacing dalam suara. Pada beberapa genre voice over, proses pacing dilakukan setelah gambar visual dibuat terlebih dahulu, kemudian ditambah narasi setelahnya. 
 
Bisa juga saat proses pembuatan sulih suara, pacing dilakukan dengan mencocokkan gerakan mulut karakter dengan naskah voice over yang dibaca. Dalam hal ini mungkin ada batasan antara skrip durasi. Contohnya iklan yang hanya berdurasi 15 hingga 30 detik, sehingga voice actor harus berbicara secara cepat. 
 
Berbeda lagi dengan pacing yang menunjukkan ekspresi atau situasi dari karakter. Misalnya orang yang lelah biasanya berbicara dengan lambat. Sementara bila bersemangat, berbicara dengan cepat. Kadang voice actor juga melakukan penambahan atau pengurangan speed guna menunjukkan pemikiran yang sedang berubah. 
 
Lalu, bagaimana caranya agar pacing dalam voice over bisa sesuai dan nyaman didengar? 
 
1. Berkonsentrasi
 
Sebagai latihan, pelajari skrip dan coba baca dengan beberapa cara berbeda, utamanya memberikan pacing pada kata atau kalimat tertentu. Rekam dan dengarkan kembali. Selanjutnya, perhatikan bacaan manakah yang menggabungkan aspek kecepatan, ritme dan koneksi. 
 
Jika terbiasa dengan latihan ini, seringkali kali aktor akan benar-benar tenggelam dalam momen dan pacing berjalan dengan sendirinya secara alami. 
 
2. Beri napas sejenak pada narasi
 
Narasi yang bagus, baik iklan, film dokumenter atau e-learning adalah memberikan waktu sejenak kepada pendengar untuk mencerna informasi. Ini hanya membutuhkan waktu 15 detik saja, sehingga si pembicara juga bisa menarik napas sejenak. 
 
Perlu diingat bahwa saat pacing melambat atau sunyi tidak akan kekurangan intensitas. Penggunaannya yang tepat dapat menyampaikan segudang makna yang memungkinkan untuk mengontrol waktu dalam narasi, sehingga memungkinkan pendengar menjelajahi pikiran serta perasaan bersama kamu.
 
3. Membiarkan kata-kata bekerja
 
Kata-kata dalam skrip sebenarnya memengaruhi tempo. Kadang kali yang perlu dilakukan hanya membiarkan kata tersebut dibacakan, mengalir, tanpa harus berlebihan dalam menciptakan pacing
 
Untuk menguasai narasi dengan penggunaan kecepatan yang tepat, intinya harus menguasai kata yang ada dalam naskah, akting serta koneksi. Kombinasi ini saja sudah bisa menarik perhatian serta menggunakan jeda yang efektif. 
 
Pacing memang dibutuhkan untuk memberikan kesan dramatis. Terlebih ini juga soal waktu, yang mana voice actor harus bisa mencocokkan antara kata dalam naskah, emosi dan bagaimana caranya menyampaikan kepada pendengar agar nyaman.
 

Apakah ada ungkapan atau intonasi tertentu yang perlu diikuti?

Di dalam naskah, ada ungkapan tertentu yang mungkin sulit dimengerti, sehingga sebagai voice actor kamu perlu memberikan penekanan dengan intonasi yang berbeda. Ini adalah tentang naik turunnya suara yang memiliki indikasi makna mendalam, sehingga audiens bisa memahami itu. 
 
Ungkapan dalam voice over  mengacu pada bagaimana pembicara memilih untuk mengelompokkan kata-kata. Ini biasanya ditandai dengan jeda, napas, penekanan, perubahan kecepatan atau tone guna menyampaikan pemikiran serta emosi yang koheren. 
 
Selain dengan intonasi, gunakan jeda untuk menetapkan ungkapan dan menunjukkan pentingnya itu. Biasanya, para voice actor menambahkan single bar atau garis miring untuk mengindikasikan sebuah frasa berhenti dan double bar atau garis miring dua sebagai penanda berhenti setelah kalimat.
 

Haruskah mengulang kata atau frasa tertentu sebagai penekanan?

Penekanan ditempatkan pada kata-kata yang ingin didengar oleh audiens. Elemen ini harus menarik perhatian mereka dengan tujuan menyampaikan pesan. 
 
Telah dibahas pada poin sebelumnya bahwa penekanan biasanya dilakukan dengan menambahkan infleksi atau bermain dengan tone. Namun beberapa genre voice terkadang menuntut aktor untuk melakukan pengulangan terhadap kata atau frasa. 
 
Jadi sebenarnya melakukan pengulangan kata atau frasa sebagai penekanan itu sah-sah saja. Tujuannya untuk memberikan efek dramatis serta menerangkan bahwa suatu kata kalimat itu memang penting. 
 
Namun hal itu sebaiknya tidak dilakukan berulang-ulang kali, setidaknya hanya sekali atau dua kali dalam satu sesi. Sebab pengulangan yang terus dilakukan akan membuat pendengar merasa bosan dan justru kurang menangkap esensi dari pembicaraan. 
 

Adakah teknik tertentu yang dapat membantu menciptakan tone tetap konsisten dalam voice over

Tone dalam voice over penting untuk memberikan warna, sehingga tercipta suatu variasi yang apik pada suara. Apalagi, ini sangat berguna bagi suatu brand untuk mengembangkannya dan membangun persona. 
Akan tetapi pertanyaannya, bagaimana cara menciptakan tone agar tetap konsisten? 
 
 
 
1. Pemanasan
 
Setiap kali akan mulai berbicara, hangatkan tenggorokan dengan melakukan beberapa latihan vokal. Ini adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa kamu tidak perlu menekan suara.
 
2. Temukan jangkauan vokal
 
Masing-masing orang memiliki jangkauan vokal berbeda. Untuk latihan, temukan tone tertinggi dan terendah yang bisa dicapai tanpa merusak suara. 
 
3. Bandingkan tone
 
Setelah menemukan range, bandingkan tone dan cari tahu jenis vokal. Ini akan membantu berbicara dengan nada yang benar dan memoderasi di antara rentang.
 
4. Bereksperimen dengan range vokal
 
Ada kalanya bereksperimen dengan range vokal itu penting. Cobalah untuk berlatih vokal di ruang terbuka atau tertutup seperti kamar mandi, lalu temukan seberapa jauh jangkauan yang dimiliki. 
 
5. Latihan pernapasan
 
Melatih pernapasan merupakan kewajiban jika ingin membuat tone tetap konsisten. Ini membantu aliran napas tetap terkontrol dan sesuai range vokal. 
 
6. Latihan resonansi
 
Resonansi rendah akan membuat kamu terdengar seperti berbicara di area hidung. Sementara jika tinggi akan terdengar tebal dan nyaman. Namun, sebagai latihan, cobalah untuk bereksperimen dengan keduanya agar mengetahui masing-masing perbedaan tersebut.
 
Membuat tone tetap konsisten juga dibarengi dengan latihan pengucapan, seperti teknik Aaah, Uuuuh dan Ssss. Ini akan membantu melatih area otot di sekitar mulut agar nantinya bisa mengeluarkan intonasi yang jelas dan nada stabil. 
 
Permintaan voice over kini semakin tinggi karena ada begitu banyak jenis industri yang membutuhkan profesional untuk mengisi suara video. Sementara itu, masing-masing dari industri membutuhkan voice actor yang ahli dalam mengolah tone
 
Oleh sebab itu, Inavoice memberikan solusi terbaiknya dengan memberikan pilihan voice actor profesional. Kunjungi lama talent untuk menemukan aktor yang sesuai dengan kebutuhan!