Tips Mendapatkan Lowongan Pekerjaan di Industri Voice Over
-
Home
- ›
-
Voice Over Blog
Menjadi bagian dari voice over Indonesia sama halnya mengikuti perjalanan panjang industri ini. Tidak banyak yang mengenalnya di kisaran tahun 2010-an. Namun perkembangan media sosial yang begitu massive pada 2015, membuat orang akhirnya mengerti mengenai praktik sulih suara.
Perubahan tersebut pada akhirnya turut memberikan peningkatan minat terhadap pekerjaan sebagai voice over talent. Sekilas tampak mudah, karena hanya cuap-cuap, direkam lalu disisipkan pada video atau berupa audio saja. Namun faktanya, voice over lebih dari itu.
Jika kamu berminat menjadi the next voice over talent, penting untuk memahami tips mendapatkan pekerjaan di bidang sulih suara sekaligus menilik sejarah serta perkembangannya di Indonesia berikut ini!
Sejarah singkat industri voice over di Indonesia
Sejarah voice over di Indonesia dimulai dari era pertelevisian tahun 1960-an. Meskipun masih menampilkan gambar hitam putih, namun sudah diaplikasikan untuk narasi dokumenter atau program berita.
Bukan tanpa alasan, voice over digunakan untuk membuat suara lebih jernih mengingat teknologi saat itu belum mumpuni seperti kini. Sepuluh dekade ke belakang, sebenarnya praktik menambahkan suara pada video sudah diaplikasikan, yakni pada film.
Hanya saja, suara yang dibubuhkan dalam film bukanlah voice over melainkan dubbing. Contohnya seperti film-film karya sutradara Usmar Ismail.
Nah, voice over di Indonesia mulai terangkat ketika industri radio muncul. Ini merupakan awal bagaimana pembicara dapat mengikat audiens secara intens dan intim.
Di era keemasan radio, pilihan radio announcer adalah pertimbangan wajib yang harus diperhatikan. Mereka mesti memiliki suara berkarakter, sesuai dengan tema atau karakter acara.
Seperti dilansir dari Utas, dalam eksistensinya media yang awalnya digunakan untuk pidato kemerdekaan ini lambat laun mulai menawarkan beragam program, misalnya tangga lagu, kirim salam, berita, sandiwara radio dan lain sebagainya.
Bagi generasi 70-80an pasti tidak asing lagi dengan Ferry Fadli. Ialah voice actor yang berperan dalam dua program sandiwara radio kenamaan berjudul Tutur Tinular dan Saur Sepuh.
Peran radio begitu besar untuk membuka wawasan tentang voice over. Dari sinilah kemudian muncul era perkembangan televisi Indonesia. Tepatnya di tahun 90-an banyak tayangan kartun menghiasi layar kaca, sehingga menyeret nama Nurhasannah Iskandar (dubber pertama Doraemon), Ony Syahrizal (dubber Shinchan), dan Prabawati Sukarta (dubber pertama Shizuka) sebagai talent yang andalan.
Karena banyaknya program televisi bermunculan, akhirnya permintaan iklan juga ikut meroket. Tayangan untuk televisi inilah yang lantas menaikkan popularitas voice over ke permukaan.
Misalnya iklan localization produk rokok pada tahun 90-an. Dengan suara si voice over talent yang low tone, diikuti oleh musik grand orchestral menjadikannya sebagai iklan yang digemari kala itu.
Perkembangan industri televisi berlanjut pada naiknya eksistensi industri film Indonesia. Ini memberikan pengaruh besar terhadap voice over dalam dunia audio visual hingga muncul bentuk-bentuk lain dari voice over itu sendiri.
Salah satu refleksinya yakni ketika Sineas Muda Independent terbentuk di kota-kota besar. Meskipun masih berkutat dengan keterbatasan peralatan, namun mereka menyadarkan banyak orang tentang penggunaan studio session dengan sistem ADR (Automated Dialog Replacement).
Tahun berganti hingga kemajuan teknologi sangat pesat di tahun 2009 dan 2010. Penggunaan internet secara bebas di mana saja, ditambah era kamera DSLR, smartphone dan alat merekam voice over digital mulai bermunculan.
Setiap orang bisa merekam suaranya sendiri dengan peralatan yang dipunya. Akibatnya di tahun 2015 muncul konten dengan voice over di media sosial dan kerap menjadi viral.
Media sosial inilah yang membawa voice over ke next step level, yang mana orang-orang mulai membuat naskah voice over, baik sendiri maupun mengunduh dari internet. Untuk kemudian dibacakan serta dibubuhkan pada konten visual.
Perkembangan media sosial juga turut memunculkan nama voice over influencer seperti Bimoky dan Putri Sa’ud yang memiliki jumlah followers fantastis. Mereka kerap mengunggah kemampuan voice over di media sosial dan memeragakan karakter suara tertentu.
Jika diruntut, bidang voice over mengalami proses evolusi yang panjang. Dari sekadar diaplikasikan untuk tujuan dubbing film, radio, iklan, animasi sampai pada konten harian yang bisa kamu tonton setiap saat di media sosial. Tidak heran bila industri ini berpeluang besar makin berkembang dan diminati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Industri voice over saat ini
Industri voice over saat ini mengalami perkembangan yang bagus. Bukan lagi dibutuhkan pada program radio dan televisi, melainkan siapapun bisa melakukannya untuk konten sehari-hari.
Didukung oleh perangkat teknologi mumpuni serta permintaan konten media sosial setiap harinya, jumlah produk voice over tidak bisa lagi diperhitungkan karena mengalami lonjakan yang pesat. Menurut data laporan dari Kominfo, pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Artinya, sebagian besar dari mereka memproduksi konten, baik visual, audio maupun audio visual.
Setidaknya, gambaran tentang perkembangan voice over di Indonesia dapat dilihat dari beberapa faktor berikut.
Berkembangnya industri di masa pandemi
Masih ingat dengan masa pandemi dari tahun 2020 hingga kisaran pertengahan 2022? Regulasi pemerintah yang mewajibkan seluruh warganya stay at home sempat menjadi titik puncak dari industri voice over.
Pembatasan tatap muka sebenarnya memberikan kemudahan, khususnya bagi klien yang ingin memesan jasa voice over. Bekerja dan mengontrol project secara jarak jauh justru memudahkan talent untuk berkreasi.
Faktor ini juga memunculkan bibit-bibit baru di bidang voice over talent, dengan alasan memutuskan bekerja dari rumah untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Gen Z menyebutnya sebagai side hustle, yakni budaya bekerja sampingan secara remote guna meraih kemandirian finansial.
Dengan ini kemudian muncul penawaran kelas online dalam bidang voice over yang menyasar pemula. Meskipun kelas profesional juga disediakan, namun umumnya menyediakan program belajar voice over dari dasar, baik secara teknik, improvisasi hingga mengenal peralatan yang digunakan.
Menariknya, kelas online yang ditawarkan juga tidak merogoh kocek terlalu dalam. Pemula bisa mencoba program gratis untuk mengenal voice over. Sedangkan jika ingin mengembangkannya lagi biasanya perlu biaya tambahan, itupun juga masih terbilang terjangkau.
Tidak ketinggalan pula bahwa masa pandemi melahirkan insan-insan kreatif dalam bidang voice over. Sebut saja seperti Cacil Billyeonnie yang viral usai mengunggah video menirukan suara Upin dan Ipin, Barbie dan Sofia the First. Ada pula Leyla Aderina yang sempat dikira pengisi suara iklan Spotify.
Atau yang lebih senior seperti Putri Sa’ud dan Bimoky yang sudah malang melintang dalam berbagai project voice over Indonesia. Munculnya influencer media sosial seperti mereka menunjukkan bahwa industri voice over mengalami peningkatan dan bisa dikenal oleh siapa saja.
Banyaknya voice over talent saat ini
Siapapun bisa menjadi voice over talent. Namun yang dapat bertahan di industri adalah mereka yang memiliki suara unik, berkarakter dan fleksibel.
Perkembangan voice over dapat dilihat dari menjamurnya voice over talent saat ini. Rata-rata dari mereka memiliki bakat mumpuni, komunikasi bagus dan mampu merekam secara mandiri.
Selain bekerja di bawah naungan agensi, voice over talent juga bisa secara freelance. Biasanya mereka melakukannya secara online dengan bermodalkan studio rumahan dan jaringan internet.
Meskipun semua proses dilakukan secara mandiri, namun tidak mengurangi kualitas dan tingkat kreativitas. Voice over talent freelancer justru dituntut untuk multitasking, sebab setiap tahap produksi mulai dari menuliskan naskah, editing, mixing hingga mastering dilakukan sendiri.
Di sisi lain, ada pula influencer media sosial yang merangkap sebagai voice over talent. Mengingat sebagian besar konten saat ini berupa audio visual, maka umumnya mereka merangkap tugas sebagai aktor di depan kamera juga pengisi suara.
Jadi bisa dibayangkan bukan banyaknya voice over talent yang bermunculan saat ini? Dari mereka yang hanya menggunakan suara untuk kontennya sendiri hingga berdasarkan permintaan klien.
Supply tinggi vs demand rendah
Imbas dari beragam konten di media sosial adalah jumlah permintaan voice over yang melonjak. Dilansir dari laman Get Blend, pada tahun 2022 saja ada lebih dari 2,4 juta podcast aktif di seluruh dunia. Tren ini semakin relevan dalam beberapa tahun terakhir untuk tujuan yang beragam mulai dari komersial, animasi, iklan, audiobook, hingga entertainment.
Hal tersebut juga berbanding lurus dengan munculnya voice over talent seperti yang disebutkan pada poin sebelumnya. Siapapun bisa menerima project yang ditawarkan oleh klien.
Akibatnya, terjadi perang harga di antara voice over talent, khususnya freelancer. Untuk memikat calon klien, para talent baru menawarkan harga terbilang murah dibandingkan dengan di pasaran atau yang ditawarkan oleh agensi.
Kondisi tersebut berimbas pula pada agensi voice over. Sementara agensi lebih mengedepankan kualitas karena digarap oleh SDM mumpuni di bidangnya, mulai dari penulisan naskah, pilihan talent, teknisi, editing hingga menggunakan peralatan berstandar broadcasting.
Tips untuk mendapatkan pekerjaan di industri voice over
Voice over memang mengalami peningkatan signifikan, baik dari permintaan juga para talent. Meski demikian, seperti dipaparkan di atas, justru kondisi tersebut membuka persaingan di antara mereka.
Sebagai voice over talent, semestinya kamu tidak hanya mengandalkan penawaran harga murah, tetapi dibarengi oleh skill serta perlengkapan yang memenuhi standar.
Punya ciri atau unique selling point
Ketika klien membutuhkan jasa voice over, mereka akan melihat portfolio dari voice over talent untuk mempelajari project apa saja yang pernah terlibat, bagaimana reputasinya dan apa yang bisa diberikan.
Suara bagus dan kemampuan berkomunikasi saja tidaklah cukup. Klien tentu sudah mengetahui bila kamu memiliki suara yang menjual, namun yang terpenting sebagai poin plus adalah punya ciri atau unique selling point. Baik itu dari segi emosi, akting atau kemampuan menirukan berbagai suara.
Unique selling point memberikan karakter yang kuat pada diri. Apalagi saat ini hal tersebut bisa dipublikasikan secara luas di media sosial sebagai salah satu strategi pemasaran. Contohnya seperti dua voice over influencer berikut.
Leyla Aderina
Siapa yang tidak mengenal Leyla Aderina. Ia adalah voice over talent yang aktif di media sosial seperti Tiktok dan Instagram. Saat ini, ia memiliki 425 ribu followers di Instagram dan videonya di Tiktok selalu masuk jajaran trending.
Perempuan kelahiran 1997 ini, memiliki ciri khas suara pitch yang tinggi. Leyla mendadak viral setelah mengunggah videonya menirukan suara iklan Spotify pada akhir tahun 2020. Meskipun terdengar mirip, namun ia mengatakan bahwa itu bukan dirinya.
Kendati demikian, wanita yang akrab disapa Lele ini seorang penyiar radio Dreamers. Saat pandemi, ia banyak menirukan suara-suara populer, seperti iklan susu beruang hingga drama Korea The Penthouse.
Menariknya, meski hanya sebuah parodi, namun Leyla memperoleh banyak atensi dari audiens karena begitu menghibur dan memiliki suara yang persis pengisi suara aslinya. Berkat konten-kontennya itu, kini ia didapuk sebagai MC di segmen How to Become di kanal Youtube Adiez dan Gilang.
Bimoky
Satu lagi yang terkenal di bidang voice over, yakni Bimo Kusumo atau yang populer dengan nama Bomiky. Saat ini ia memiliki 335 ribu followers di Instagram dan selalu membagikan kegiatannya saat berada di dapur rekaman.
Perjalanan karir Bimo di industri voice over sebenarnya sudah dimulai sejak kecil karena sang ayah merupakan voice over talent pada tahun 70 hingga 80-an. Di tahun 1993, ia bergabung dengan sanggar Prativi yang merupakan salah satu audio post production pertama di Indonesia.
Tiga tahun belajar di sanggar, akhirnya ia memutuskan ke jalur profesional pada 1996 dengan mengisi iklan produk anak-anak. Kemudian, Bimo juga mengisi suara di Disney channel dan film kolosal.
Bimo sendiri memiliki selling point yang begitu mengagumkan. Ia bisa menirukan berbagai macam suara, sehingga menjadi daya tarik bagi para klien. Fokus dengan project iklan, ia juga terlibat dalam berbagai project pemerintahan dalam bidang voice over.
Saat ini, Bimo memiliki program Podcast Malam Kliwon, aktif membagikan ilmu mengenai voice over di Voice Institute Indonesia hingga menjadi influencer di media sosial tentunya.
Mampu memahami brief klien dengan cepat
Suara bagus saja tidak bisa menjamin mendapatkan project voice over dengan segera. Sebagai pemeran utama, kemampuan penting yang harus kamu miliki adalah memahami brief klien secara cepat.
Mengapa demikian? Sebab pada umumnya klien tidak datang dengan brief yang tepat saat pitching dikarenakan permasalahan confidential sebuah naskah. Maka, sebagai voice over talent dituntut menangkap brief secara cepat dan mengeluarkan teknik-teknik yang dimiliki dengan tepat.
Membaca skrip memang sulit diterapkan hanya dengan satu kali saja. Namun, mereka yang memiliki kemampuan menangkap brief secara cepat bisa mengerti maksud dan tujuan dari naskah itu sendiri.
Mampu multitasking
Sudah bukan rahasia lagi bila voice over talent dituntut untuk multitasking. Jika kamu berpikir tugasnya hanya membacakan naskah dengan nada yang sesuai, itu merupakan pendapat yang keliru.
Faktanya, voice over talent juga harus memiliki kemampuan-kemampuan tertentu seperti di bawah ini:
Bisa membaca dengan baik
Kemampuan bicara dan bahasa seorang voice over talent harus lebih bagus dari orang biasa. Sebab mereka dituntut untuk membaca dengan baik setiap jenis naskah yang diberikan.
Membaca dengan baik juga memberikan gambaran terhadap isi dan maksud dari naskah. Nantinya ini memudahkan dalam menentukan nada, emosi serta bagaimana berartikulasi.
Bisa merekam suara
Kemampuan merekam suara memang tampak mudah. Namun ini membutuhkan skill mumpuni karena tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik.
Merekam suara perlu mempertimbangkan beberapa aspek, seperti kondisi suara yang dimiliki, pemahaman terhadap naskah, memiliki alat yang sesuai dan memastikan setiap teknis dilaksanakan dengan baik.
Bisa editing, mixing dan mastering
Jika kamu memutuskan untuk menjadi voice over talent secara freelance, maka multitasking merupakan kunci menyelesaikan project dengan baik. Sebab bekerja independen, mereka dituntut bisa melakukan perekaman, editing, mixing dan mastering sendiri.
Sebelum itu, biasanya voice over talent juga harus bisa bernegosiasi dengan klien, membuat kontrak, menuliskan skrip hingga proses finishing secara mandiri. Oleh sebab itu, kemampuan multitasking perlu dipersiapkan sebelum benar-benar terjun ke industri voice over.
Bisa marketing jasa voice over
Sama halnya dengan berjualan produk, voice over talent juga demikian. Hanya saja produk yang ditawarkan berupa jasa.
Memasarkan kemampuan berbeda dengan produk, sebab kamu harus memiliki portfolio. Jika belum ada, bisa saja menggunakan sample suara yang dibuat secara amatir. Ini bisa menjadi nilai plus ketika akan berproject dengan klien.
Cara lain yang lebih mudah ialah membuat konten-konten voice over seperti yang dilakukan oleh influencer, kemudian mengunggahnya di akun media sosial. Misalnya menirukan suara iklan, dubbing animasi dan cuap-cuap ala podcast.
Media sosial merupakan alat pemasaran efektif yang bisa meraup ribuan audiens. Selain bisa dikenal, voice over talent juga berpeluang dilirik oleh calon klien.
Mau berinvestasi
Investasi terbaik dari voice over adalah alat dan waktu. Keduanya merupakan komponen yang akan terus berguna sampai kapan saja selama masih eksis di bidang ini. Mengapa hal tersebut penting?
Investasi alat
Sebagai voice over talent freelance, setiap kali akan merekam suara harus menyewa recording studio. Namun untuk pertimbangan, utamanya soal biaya, hal ini dinilai kurang efektif sebab tidak semua mendapatkan fee yang sesuai.
Nah, itulah sebabnya investasi alat menjadi penting untuk mempermudah pekerjaan. Selain itu juga memudahkan proses revisi ketika terjadi suatu hal yang kurang sesuai.
Beberapa alat yang wajib dimiliki oleh seorang voice over talent adalah microphone, sound card, peredam suara, software editing tool dan headphone. Sementara voice over menuntut hasil yang sempurna tanpa adanya gangguan, akan lebih baik bila sekaligus memiliki vocal booth, sebuah bilik khusus untuk mengontrol apa yang terjadi sekitar microphone.
Investasi waktu untuk belajar
Baik voice over talent pemula maupun profesional tentu perlu terus melakukan pembelajaran. Selain soal teknik, mereka juga dituntut bisa memasarkan jasa voice over.
Terkait dengan itu, saat ini bahkan sudah banyak kelas online yang digelar secara gratis maupun berbayar. Berbagai pilihan paket mulai dari belajar basic voice over, teknik, akting hingga bagaimana caranya menggaet klien serta berinteraksi dengan audiens.
Industri voice over di Indonesia telah mengalami perjalanan yang panjang. Dimulai hanya sebagai alat untuk memperjelas suara untuk project film, era keemasan radio, televisi hingga berkembang secara massive seperti saat ini di media sosial.
Sebagai bidang yang terbilang cukup tua, voice over telah menelurkan ratusan voice over talent berbakat. Sebagai agensi VO nomor satu di Indonesia, Inavoice sadar bahwa talenta tersebut haruslah mendapatkan tempat yang baik untuk berkarya.
Oleh sebab itu, kami memiliki talenta-talenta terbaik dari berbagai negara untuk dibagi ke dalam project klien. Masing-masing dari mereka memiliki kesempatan yang sama karena Inavoice menerapkan sistem iVoice Algorithm.
Sistem tersebut akan menghasilkan profil pengisi suara dan kontributor musik secara acak. Masing-masing dari mereka memiliki peluang yang sama untuk muncul secara bergantian saat klien datang mengunjungi halaman tersebut.
Maka kini saatnya kembangkan karir dengan bergabung bersama Inavoice, You Deserve Better!