Updated: 24 May 2022     Author: Jatmiko Kresnatama     Comments: 0     English   |   Bahasa

Mengenal Apa Itu Emotional Branding

  1. Home
  2. Voice Over Blog
Kekuatan terbesar yang dimiliki voice over adalah kemampuan untuk mengubah dan memainkan emosi dari setiap orang. Berbagai macam karakter dan teknik yang dilakukan oleh voice over talent, bisa mengubah seseorang dalam menentukan sebuah keputusan. Menariknya, hal tersebut bisa terjadi hanya dalam waktu beberapa detik saja!
 
Meledaknya industri voice over Indonesia, tentu berpengaruh besar terhadap meledaknya permintaan untuk menggunakan jasa voice over. Apalagi ditambah juga dengan meledaknya tren video content marketing yang semakin melaju pesat bersamaan dengan perkembangan dunia digital dan internet. Kalau kamu adalah pemilik brand yang ingin masuk ke dalam tren tersebut, salah satu teknik marketing yang mungkin bisa kamu coba adalah emotional branding.
 

Kekuatan dari Emosi Manusia

Kebanyakan dari kita manusia suka berpikir bahwa kita memegang kendali, membuat keputusan berdasarkan logika dan pemikiran rasional, padahal sebenarnya tidak. Faktanya, lebih dari 90% dari keputusan kita didasarkan pada emosi. Tetapi kita tidak selalu cenderung untuk mengakuinya, bahkan kepada diri kita sendiri.
 
Kita justru lebih senang melakukan pembenaran terhadap tindakan yang kita lakukan, kita lebih suka menjelaskan kepada diri kita sendiri dan orang lain berbagai macam alasan mengapa membeli smartphone baru dengan fitur yang tidak jauh berbeda dengan smartphone lama yang kita punya, adalah contoh dari sebuah keputusan yang tidak rasional berdasarkan logika dan fakta.
 
 
Bahkan ketika orang menyangkal bahwa kekuatan emosi mampu membujuk mereka, banyak juga orang yang masih jatuh di bawah pengaruh “mantra” emosi mereka sendiri. Itulah mengapa emotional branding bisa menjadi salah satu teknik branding yang sangat kuat dan efektif.
 
Kamu sudah mengetahui tentang tren pemasaran voice over tahun 2022 yang tidak ingin kamu lewatkan, sekarang di artikel ini kamu akan mendapatkan ulasan lengkap tentang emotional branding—tentunya dilengkapi dengan bagaimana voice over berperan langsung dalam teknik pemasaran tersebut.
 

Apa itu Emotional Branding?

Apa itu emotional branding? Istilah 'branding' awalnya mengacu pada penandaan hewan ternak dengan logam panas. Tanda kepemilikan yang terlihat ini diperluas menjadi sebuah teknik pemasaran dan membantu brand untuk membangun identitas. Emotional branding dicapai dengan membangkitkan perasaan yang kuat untuk memastikan brand tetap berada di top of mind para pelanggan.
 
 
Oleh karena itu, emotional branding dimaksudkan untuk menciptakan hubungan emosional yang tahan lama antara pelanggan dan brand. Ikatan emosional ini memungkinkan kamu untuk membangun kepercayaan dan loyalitas di antara basis pelangganmu, serta meningkatkan jangkauan dan value brandmu. Cara terbaik untuk menarik pelanggan bukanlah melalui logika, tetapi melalui emosi. Tidak seperti perasaan, emosi terjadi bahkan sebelum kita menyadarinya. Mereka terbentuk dalam sistem limbik, bagian kuno dari otak kita yang sebagian besar menghindari kesadaran kita. Selain itu emotional branding juga memiliki kekuatan untuk melakukan hal-hal berikut:
 
  1. Membedakan brand milikmu dari para pesaing
  2. Ciptakan hubungan manusiawi dan pengenalan brand yang lebih positif
  3. Meningkatkan loyalitas terhadap brand, menghasilkan retensi yang lebih besar dan memberikan value untuk para pelanggan
 
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Marc Gobé dalam bukunya tahun 2001 “Emotional Branding: The New Paradigm for Connecting Brands to People.” konsep tersebut menjadi terkenal sejak saat itu. Menurut Gobé, memahami otak manusia dan pola perilaku budaya lebih penting daripada teori ekonomi mana pun. Dia mengatakan bahwa uang mungkin tidak bisa membeli cinta, tetapi pelanggan bisa dipengaruhi oleh brand yang kuat. Hubungan pelanggan dan brand harus persis seperti itu – ikatan emosional yang dibangun di atas kepercayaan, loyalitas, dan rasa hormat.
 
Emotional branding yang kuat berbicara tentang harapan dan keinginan kita, ketakutan dan kebutuhan kita, dan memberi kita perasaan bahwa brand yang kita punya berada di sisi yang benar. Potensi suatu brand untuk identifikasi emosional sangat menentukan, dan untuk mencapainya, beberapa faktor perlu diperhitungkan. Ini termasuk desain, psikologi warna, sudut pandang moral, komitmen politik dan amal, dan pemasaran emosional.
 

10 Commandments of Emotional Branding

Di dalam bukunya, Gobé  memperkenalkan 10 Commandments of Emotional Branding atau 10 Perintah Pencitraan Emosional, yang menguraikan bagaimana brand menjual produk bukan hanya karena produk itu berguna—tetapi karena produk itu menghasilkan pengalaman dan menjalin hubungan emosional dengan para pelanggan.
 
Gobé berfokus pada transformasi ide yang terkait dengan pola pikir marrketing tradisional menjadi konsep yang selaras dengan emotional marketing. Berikut adalah ringkasan dari 10 hal tersebut:
 
  1. Dari “konsumen” menjadi individu: Pelanggan harus memiliki perasaan bahwa brand tidak hanya menganggap mereka sebagai konsumen, tetapi juga individu yang dihormati.
  2. Dari “produk” ke pengalaman: Produk tidak hanya harus memenuhi kebutuhan, tetapi juga harus memenuhi harapan dan keinginan pelanggan, dan menjadi bagian dari peristiwa hidup mereka.
  3. Dari kejujuran menjadi kepercayaan: Pelanggan mengharapkan kejujuran, sehingga kepercayaan dan kesukaan diperlukan untuk menciptakan loyalitas terhadap brand.
  4. Dari kualitas ke preferensi: Produk dan brand mungkin bisa mengandalkan kualitasnya untuk waktu yang lama – tetapi mereka juga perlu mempertimbangkan bagaimana produk tersebut sesuai dengan gaya hidup pelanggan. Preferensi pelanggan menentukan brand mana yang lebih disukai, tetapi preferensi bisa berubah. brand harus selalu mengetahui preferensi target market mereka agar tetap menjadi relevan dan disukai.
  5. Dari ketenaran hingga aspirasi: Dikenal itu baik, tetapi tidak menumbuhkan emosi. Brand yang memberi pelanggan perasaan yang baik, yang meningkatkan kehidupan mereka, membangun hubungan emosional melalui kebutuhan dan keinginan mereka. Pikirkan Apple, Tesla, atau Gucci, yang bukan hanya bagian dari kehidupan pelanggan, melainkan seluruh kepribadian mereka.
  6. Dari identitas ke kepribadian: Ada banyak brand yang mudah dikenali, tetapi identitas brand yang jelas tidak secara otomatis berarti kepribadian dan karisma. Brand – seperti halnya manusia – membutuhkan nilai-nilai etika dan moral yang harus cukup fleksibel untuk memasukkan harapan dan gaya hidup pelanggan tanpa mengorbankan konsistensi mereka.
  7. Dari fungsi ke rasa: Produk seharusnya tidak hanya menjadi solusi praktis untuk suatu kebutuhan, melainkan mewujudkan pengalaman emosional dan makna estetika khusus pelanggan. Handphone, misalnya, yang telah berevolusi dari “batu bata” menjadi objek yang elegan, ramping, dan bergaya, adalah contoh terbaiknya.
  8. Dari mana-mana ke kehadiran: Tidaklah cukup untuk terlihat di mana-mana. Yang lebih penting bagi sebuah brand adalah hadir di tempat dan media tempat basis pelanggan sasarannya berkumpul.
  9. Dari komunikasi ke dialog: Hanya mengiklankan manfaat dan kegunaan merek adalah komunikasi sepihak dan tidak membangun hubungan dengan pelanggan. Dialog interaktif antara pelanggan dan brand yang melibatkan feedback, bukti sosial, dan aksesibilitas adalah bagaimana hubungan emosional dibangun.
  10. Dari layanan ke hubungan: Brand yang hanya ingin menjual produk dan layanan tidak membangun hubungan. Mereka harus terlebih dahulu terhubung dengan preferensi budaya target market untuk membangun loyalitas. Kalau kamu menerima kritik dan saran untuk kebaikan dari pelanggan, itu berarti mereka merasa menjadi bagian dari brand, dan bukan hanya sumber pendapatan.
 

Emotional Branding vs Emotional Marketing

Ketika kita berbicara tentang emotional branding, kecenderungan untuk terlihat sebagai emotional marketing pasti muncul. Namun, keduanya bukanlah hal yang sama. Perbedaan terbesar di antara emotional branding dan emotional marketing adalah fokus yang dituju dua hal tersebut.
 
 
Emotional marketing sebagian besar berkaitan dengan film, konser, partai politik, mobil, dan tujuan wisata. Jenis iklan ini menggunakan teknik yang berbeda untuk membuat kampanye pemasaran berbasis emosi. Kamu bisa menjual produk atau penawaran menggunakan warna, musik, pemasaran secara door to door, pemasaran menggunakan influencer, atau kampanye media sosial viral untuk membangun emosi dan menjangkau audiens yang lebih luas. Namun, tidak harus ada brand atau produk di belakangnya. Contoh yang bisa kita lihat dari teknik emotional marketing adalah organisasi penjaga alam yang mencoba meningkatkan kesadaran akan ketidakadilan sosial atau lingkungan.
 
Emotional marketing bisa bekerja secara terpisah dari brand. Sementara di sisi lain, emotional branding bertujuan untuk mengembangkan brand dengan menggunakan pengaruh emosional dalam pikiran dan kehidupan pelanggan, sehingga membentuk sebuah hubungan antara brand dan pelanggan yang bertahan lama.
 

Daya Tarik Emosional Menggunakan Narasi Video

Video content marketing telah meledak, dan hal tersebut menjadi salah satu cara terbaik untuk menciptakan hubungan emosional yang didambakan dengan audiens dan target marketmu. Video emosional yang paling efektif berisi visual yang mencolok, naskah yang ditulis dengan baik, dan elemen penceritaan yang semuanya didukung oleh narasi video yang menarik. Semua itu bisa disempurnakan oleh suara dari voice over talent yang tepat.
 
 
Kamu mungkin bisa melihat apa yang kami maksud dengan contoh berikut, yang semuanya menggunakan elemen emotional branding atau marketing untuk meningkatkan efektivitasnya.
 

1. Video: BSI Pensiun Berkah

Voice over di dalam video digital ads ini menggunakan teknik storytelling dengan karakter suara yang bertindak sebagai seorang motivator emosional: memberikan keyakinan akan masa depan, menghadirkan rasa sejahtera, perasaan aman, dan keberhasilan dalam hidup.
 
 

2. Video: Plastik Panca Budi

Menggunakan voice over dengan karakter suara casual, video ini ingin menciptakan kesan bahwa produk yang identik dengan “orang tua” dan “orang pasar” tersebut sudah tidak lagi relevan karena generasi “anak muda” yang dekat dengan gaya bicara seperti di video, sekarang adalah mereka yang memiliki usaha sendiri, mulai dari UMKM di pasar, hingga kedai kue di dalam mall. 
 
 

3. Video: Danamon D-BilLink

Narasi voice over di dalam video ini dibuat tegas dan straight-forward, sehingga menimbulkan kesan bahwa layanan digital dari bank tersebut mudah cepat. Tentunya selain terlihat menonjol dari video di industri serupa (layanan digital bank lain), voice over di dalam video tersebut menciptakan perasaan aman dan fleksibel. Statistik yang ada di dalam video juga memperkuat otoritas dan kredibilitas dari brand tersebut.
 
 
 
******
 

Memulai Emotional Branding

Emotional branding memberikan banyak keuntungan. Selain meningkatkan perhatian dan mendorong penjualan, target market dan pelangganmu akan mengembangkan hubungan emosional dengan brand, membangun kepercayaan, dan tetap loyal. Brandmu akan mendapatkan tempat dalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga meningkatkan jangkauannya.
 
Sekarang setelah kamu mengetahui pemahaman dasar tentang emotional branding dan menyadari banyak manfaatnya, inilah saatnya untuk mencoba. Tentu kamu tidak perlu memulai dengan mengubah seluruh strategi marketing yang sudah kamu jalankan. Cobalah dalam skala yang lebih kecil dengan satu atau dua video.
 
Kalau kamu sudah siap, silakan hubungi kami untuk meminta sampel suara khusus atau penawaran untuk voice over talent. Kami di Inavoice selalu senang membantu.
 
Always remember, You deserve better.