Mungkin anda sedang dalam proses branding jasa dan perusahaan anda, dan mulai memikirkan elemen-elemen lain yang mendukung brand tone of voice anda. Mungkin anda mulai bisa memperhatikan Audio Branding. Lantas apakah Audio Branding itu? Apakah Perkembangan Voice Over yang begitu pesat saat ini juga masuk dalam elemen audio branding?
Benar saja, setelah shiftingfocus dari push marketing strategi menjadi pull marketing strategi, banyak orang yang mulai mencoba memahami bagaimana proses branding bekerja, dan elemen apa saja yang paling tepat dipergunakan untuk memperkuat sebuah brand dari perusahaan atau jasa.
Selain itu, bagaimana anda dapat stands outamong competitors merupakan pertanyaan yang dapat dijawab melalui proses branding. Tidak melulu melewati proses pembuatan beribu konten, namun bagaimana cara anda membuat perusahaan atau jasa anda berbeda dengan yang lain.
Saya pun masih dalam tataran belajar untuk melakukan hal ini. Mari kita mempelajari bersama mengenai hal ini, khususnya mengenai brand persona dan bagaimana audio dapat meningkatkan persona brand anda.
Branding dan Persona Brand
Perlu diingat bahwa brand adalah persepsi mengenai perusahaan, produk, jasa, atau apapun yang ada pada benak lawan bicara anda, dalam hal ini tentunya lawan bicara merupakan calon pengguna atau customer kita.
Maka dari itu, branding dapat didefinisikan sebagai proses melempar persepsi pada lawan bicara kita. Siapa yang memberi persepsi? Atau siapakah yang membentuk persepsi tentang perusahaan atau jasa kita? Jawabannya ada 2.
Jawaban yang pertama adalah, branding yang terjadi tanpa disadari. Dengan melakukan apapun yang kita lakukan, tanpa mengatur, tanpa merunut pesan agar kita mendapat persona seperti yang kita inginkan, sebuah perusahaan yang telah lama establish tentunya telah memiliki persona tersendiri bagi para customernya.
Contoh ini sangat-sangat relate dengan saya ketika saya salah membeli beras ketika disuruh oleh ibu saya. Ibu saya bilang, “kenapa gak beli beras ‘A’? Kalau beras ‘B’ ini udah mahal, keras dan kurang pulen.” Dari Mana ibu saya tahu bahwa beras B ini tidak lebih baik dari beras A? Padahal beras ‘A’ tidak pernah mengiklankan produknya? Tentu berdasarkan pengalaman menggunakannya. Inilah yang menurut saya, sebuah persona brand dapat dibentuk dari pengalaman menggunakannya.
Jawaban yang kedua adalah, branding merupakan proses yang dapat diatur sedemikian rupa untuk memaksimalkan pesan yang ingin disampaikan. Jelas disini bahwa proses pemberian persepsi terhadap customer dapat diatur sedemikian rupa, sehingga customer merasa bahwa kita merupakan perusahaan, produk, atau jasa yang tepat untuk mereka gunakan.
Contoh proses pemberian pesan ini dapat kita lihat pada berbagai perusahaan modern saat ini. Contoh yang paling tepat untuk menggambarkan ini adalah Wuling Motors. Pesan yang diberikan selalu konsisten melalui konten-konten yang mereka buat.
Mulai dari tagline yang mereka usung (dan menjadi hastag mereka), yaitu Drive for a better live, hingga pemilihan konten yang meng-enhance pesan yang mau disampaikan bahwa Wuling merupakan mobil berteknologi tinggi dengan harga yang terjangkau.
Dari 2 hal ini, tentunya kita bisa mengambil kesimpulan bahwa proses pemberian persepsi yang baik harus dimulai dengan memiliki sebuah produk, perusahaan, atau jasa yang baik pula. Setelah anda memiliki hal ini, baru anda bisa nurturing message pada setiap konten yang anda sampaikan untuk meng-enhance proses branding anda.
Pesan yang akan anda sampaikan tentunya harus dibuat sedemikian rupa sesuai dengan persona anda sebagai sebuah brand. Lantas apakah itu persona brand atau brand persona?
Brand persona (atau yang juga banyak disebut sebagai brand personality) merupakan sebuah set dari karakteristik manusia yang diatribusikan pada brand anda. Tentunya proses pemberian persona pada brand anda memiliki banyak tujuan, dan salah satunya tentunya ditujukan untuk mendekatkan anda dengan target market anda.
Semakin anda dekat dengan target market anda, tentunya semakin besar anda meyakinkan mereka untuk menggunakan produk dan jasa yang anda tawarkan.
Branding Merupakan Proses Pull Marketing
Setelah kita mengetahui bahwa branding merupakan proses memberikan persepsi terhadap calon customer kita menggunakan beberapa brand persona, maka kita bisa menyimpulkan bahwa branding merupakan sebuah cara untuk mendukung proses pull marketing.
Apa itu pull marketing strategi? Sama seperti namanya, pull marketing strategy merupakan usaha-usaha untuk melakukan proses marketing untuk menarik orang menggunakan produk atau jasa kita.
Tentunya strategi ini berbeda dengan push marketing strategy yang mana usaha-usaha yang dilakukan adalah untuk selalu tampil di depan para calon customer dan seakan ‘memaksa’ mereka untuk menggunakan produk dan jasa kita.
Contoh yang paling tepat untuk menggambarkan push marketing strategy adalah dengan melihat isi rak Indomaret. Bayangkan anda akan membeli sebuah sabun cuci di rak yang terdapat banyak sekali sabun cuci dengan berbagai merk. Lalu anda melihat pada sebuah sabun cuci yang tidak biasa anda gunakan ada label harga yang dicoret, atau ada tulisan discount nya. Ada kemungkinan anda akan membeli sabun cuci tersebut kan?
Sedangkan proses pull marketing berbeda. Pull marketing strategy menekankan pada pemberian pesan yang berulang melalui berbagai media seperti sosial media, media coverage, word of mouth, yang bertujuan untuk menarik orang menggunakan produk dan jasa kita.
Contoh yang paling tepat untuk menggambarkan ini adalah Inavoice.com itu sendiri. Kami membuat konten sosial media, memaksimalkan SEO, menggunakan word of mouth dari berbagai client dan Voice Actor, untuk meyakinkan orang lain menggunakan Jasa Voice Over yang kami tawarkan.
Kami menyadari betul bahwa dengan menarik orang untuk menggunakan jasa kami, akan sangat membentuk loyalitas pengguna jasa kami. Ibarat beras ‘A’ yang dibeli oleh ibu saya, yang mungkin informasinya didapatkan entah dari mana.
Kini dengan mengetahui bahwa branding merupakan proses pull marketing, yang mana akan sangat-sangat bergantung pada proses pemberian pesan melalui sosial media, website, word of mouth, dan media coverage, maka dalam proses branding perusahaan, tentunya anda akan melakukan banyak riset untuk menentukan bagaimana persepsi yang akan anda berikan pada calon customer anda melalui brand personality.
Dan salah satu hal yang penting untuk anda pikirkan mengenai pemberian persepsi terhadap calon customer anda melalui brand personality anda adalah audio branding. Apa itu audio branding?
Definisi Audio Branding
Audio branding, atau yang juga dikenal sebagai sonic branding, atau sound branding adalah pemilihan suara-suara yang tepat untuk diikutkan dalam proses pemberian persepsi pada calon customer anda. Mengawang ya? Mari saya jelaskan lebih dalam.
Pahamilah bahwa suara memiliki peran yang sangat besar bagi produk dan jasa anda. Anda tidak percaya? Seberapa suara berperan sangat besar bagi produk atau jasa anda?
Dari pengalaman yang pernah saya dapatkan, saya sangat-sangat bisa membedakan suara tukang siomay gerobakan yang biasa lewat di depan kantor. Saya mengetahui mana tukang siomay langganan saya, dan mana yang bukan langganan saya (yang rasanya menurut saya kurang enak) melalui suara pukulan kentongan kayu yang biasa mereka gunakan.
Padahal asumsi saya, kentongan kayu yang mereka gunakan itu sama dan menghasilkan suara yang sama. Kok bisa ya saya membedakannya? Pun saya tidak mengerti, namun ada hal yang membuat saya bisa membedakannya.
Mau tahu cara-cara yang lebih modern mengenai sound branding? Anda pasti pernah mendengarkan sound logo Coca Cola, dan es krim Walls. Setiap kali kita mendengar sound logo tersebut yang kita bayangkan pasti brand mereka.
Melalui hal ini saya sangat menyadari bahwa, sound branding itu sangat penting. Penting sekali untuk mengingatkan calon customer kita bahwa kita ada dan masih menjadi pilihan mereka pada pemenuhan kebutuhan mereka.
Selain itu, dengan sangat besarnya media digital dan sosial media saat ini, sound branding memerankan peran yang sangat penting dalam pengalaman manusia mengakses media-media tersebut. Bisa bayangkan iklan tanpa suara? Tentu akan sangat membosankan bukan?
Kita sangat-sangat bisa loh meningkatkan awareness customer kita melalui proses sound branding ini asalkan kita benar-benar memahami sound branding mana yang tepat untuk digunakan oleh perusahaan atau produk anda dalam proses pemberian persepsi pada calon customer kita.
Elemen dalam Audio Branding
Di era digital dan sosial media saat ini, dimana ribuan konten di publish melalui kanal-kanal digital setiap harinya, tentu ada banyak sekali elemen dalam audio branding yang dapat anda gunakan. Karena sejatinya apapun yang anda lakukan terhadap pemilihan audio yang anda gunakan untuk mempromosikan produk, perusahaan, atau jasa anda adalah sebuah proses audio branding.
Namun ada beberapa hal yang paling terlihat sebagai audio branding. Beberapa hal tersebut antara lain :
1. Sound Logo
Sound logo atau yang juga biasa disebut sebagai audio logo, sonic id, atau signature sound merupakan suara yang secara instan diasosiasikan pada sebuah brand. Sebuah pilihan notes, atau chord yang mentrigger memori sebuah brand kepada orang yang mendengarkannya.
Karakteristik sebuah sound logo biasanya tidak lebih dari 5 detik, yang juga bisa merupakan sebuah sound efek, potongan musik, pembacaan sebuah tagline menggunakan Voice Over, dsb.
Contoh yang paling tepat untuk mewakili sound logo adalah sebagai berikut :
Lantas mengapa sound logo sangat penting dalam sebuah branding? Tentunya dalam sebuah proses branding, anda berusaha untuk menjadi top of mind dibanding kompetitor anda yang lain, dan cara untuk selalu diingat oleh customer anda adalah membuat sound logo, dan mempublishnya pada berbagai kemungkinan di berbagai touch point.
Pastikan bahwa sound logo yang anda gunakan cukup unik untuk diingat terus menerus sehingga di berbagai kesempatan customer mendengarkan sound logo anda, mereka akan teringat dengan brand anda!
Dengan memiliki sound logo yang tepat, anda akan mentrigger orang untuk mendengar the bigger picture of your brand!
2. Jingle
Berbeda dengan sound logo yang hanya beberapa detik, jingle merupakan sebuah kesatuan aransemen musik dalam satu kesatuan utuh lagu. Ya lagu! Jadi harus ada musik dan liriknya ya.
Dalam sebuah jingle yang baik, tentunya aransemen musik, pembuatan lirik, dan media distribusinya telah disesuaikan dengan target customer anda.
Maksud saya, pemilihan aransemen musik, genre apa yang digunakan dan instrumen apa yang mengisi lagu tersebut telah disesuaikan dengan target customer anda. Selain itu, lirik yang ditulis juga disesuaikan dengan bahasa yang biasa customer anda gunakan. Lirik pada sebuah jingle harus mampu menyampaikan pesan dari proses branding anda.
Apakah mungkin membuat jingle dengan genre dangdut dan lirik yang menye? Tentu saja mungkin. Semua tergantung dari target customer anda. Sering mendengar jingle saat kampanye kan?
Tentunya dengan pemilihan jingle yang tepat, anda akan semakin mengukuhkan personality anda pada target customer anda. Maka pilihlah jasa pembuatan jingle yang tepat, yang mampu melakukan riset terhadap calon customer anda, agar anda tidak salah sasaran ketika memproduksi sebuah jingle. Seperti Inavoice contohnya. :D
3. Pemilihan Voice Over Talent yang Tepat
Berbicara mengenai pemilihan voice over yang tepat tentu kita tidak dapat mengesampingkan dari konten atau produk audio visual apa yang akan anda produksi. Apakah itu pembacaan tagline sebagai sonic logo, company profile, iklan digital, iklan radio, audiobook, dubbing konten audio visual, ataupun hal lain yang tentunya akan sangat berhubungan dengan produk audio visual untuk proses branding anda.
Pastikan bahwa anda telah mengetahui personality dari brand anda, dan telah menulis naskah voice over dengan baik. Menulis naskah dengan baik merupakan hal yang krusial karena, anda harus mampu memberikan pesan pada Naskah Voice Over yang anda tulis. Inilah Fungsi utama Voice Over, yaitu menyampaikan pesan pada terget audiens.
Anda juga harus mampu memilih voice over talent yang tepat untuk memerankan hal tersebut. Tentunya brand personality dari produk, perusahaan, atau jasa anda akan sangat bisa di enhance dengan memilih karakter suara yang tepat untuk membacakan produk voice over yang akan anda produksi.
Sedangkan bagi anda yang belum mengerti karakter suara dan style voice over yang mungkin tepat untuk mewakili persona brand anda, anda dapat membaca blog kami yang berjudul Hitung Durasi Voice Over dengan Tools WPM Calculator. Dalam blog ini kami telah menjelaskan berbagai style voice over yang mungkin sesuai dengan persona brand anda.
Kesimpulan
Dari berbagai proses branding yang telah saya jabarkan di atas. Saya hanya ingin menekankan bahwa kini pull marketing strategy bisa dibilang lebih memiliki kemampuan untuk menarik customer menggunakan produk atau jasa anda. Bukan berarti kita mengesampingkan push marketing strategy, kedua strategi tersebut harus digunakan secara beriringan untuk meningkatkan atau mencapai target pendapatan anda.
Dengan melakukan pull marketing strategy maka anda harus memaksimalkan proses branding dari produk, perusahaan atau jasa anda. Anda harus memaksimalkan setiap touch point anda untuk menyampaikan pesan pada target customer anda.
Salah satu yang paling tepat untuk memaksimalkan proses branding anda adalah dengan menggunakan audio branding, seperti penjelasan yang telah saya sampaikan di atas.
Mengingat bahwa touch point anda di era digital ini sangat-sangat luas, maka apapun yang anda lakukan pada setiap konten digital anda merupakan proses anda melakukan branding dan tentunya audio branding. Tidak melulu anda memerlukan jingle, voice over, atau audio logo, semua disesuaikan pada target customer anda. Namun 3 hal tersebut akan sangat-sangat baik untuk meng-enhance proses branding anda!
Klik icon di atas untuk mengunduh artikel dalam bentuk pdf.